Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menghemat Politik Identitas (49)

Adat Bersendi Syara’, Sara Bersendi Kitabullah (2)

Selasa, 4 Oktober 2022 06:19 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kristalisasi adat bersendi syara’ dan sara bersendi Kitabullah tentu memerlukan proses, waktu, metode, dan cara efektif. Sara’ (baca: Syari’ah) adalah tata nilai Islam yang diformalkan menjadi norma-norma hukum Islam, yang bisas disebut fikih. Sara’ sudah dikenal luas semenjak Islam masuk di wilayah Nusantara dengan perkembangan akul­turasi dan enkulturasi yang amat cepat. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai luhur kearifan local di wilayah Nusantara sedemikian dekat dengan nilai-nilai universal Islam.

Dalam masyarakat maritim, khususnya di wilayah Nusantara, mempunyai tiga tradisi luhur, yakni membe­baskan pantainya untuk disandari perahu asing sepanjang mereka bermaksud baik, memberi akses orang luar untuk mengambil air tawar di sungai untuk keperluan minum dan memasak, dan mengambil api untuk keperluan menanak makanan. Selain itu tradisi luhur menghargai tamu dan menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan tanpa membe­dakan etnik, agama dan kepercayaan, sudah lama menjadi kebiasaan luhur bangs aini.

Baca juga : Adat Bersendi Syara', Sara Bersendi Kitabullah (1)

Sedangkan Kitabullah terdiri atas dua kata, yaitu kitab dan Allah lalu dijadikan satu kata: Kitabullah, yang secara harfiah berarti kitabnya Allah. Kitab itu sendiri berasal dari bahasa Arab: Kataba-yaktubu-kitaban yang berarti tulisan (buku). Kita juga bisa dimaknai sebagai puncak dari him­punan (al-Qur’an), karena kitab adalah kumpulan sejumlah huruf menjadii kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi ayat, ayat menjadi surah, dan kumpulan dari 114 surah dis­ebut al-Kitab atau al-Qur’an. Dengan demikian, Kitabullah dalam konteks artikel ini adalah ketentuan-ketentuan Allah Swt yang tertuang di dalam Kitab Allah yang juga dikenal dengan Al-Qur’an.

Adat, Sara’, Kitabullah, dan masyarakat Nusantara em­pat istilah dalam satu eksistensi, yaitu sebuah masyarakat yang menjunjug tinggi adat-istiadatnya yang bersendi di atas semangat syara’ yang bersendi di atas Kitab Allah. Tentu saja antara satu dengan yang lain memiliki unsur distinksinya masing-masing, tetapi unsur persamaannya jauh lebih dominan.

Baca juga : Islam Nusantara: Anti Politik Identitas

Kitabullah memayungi syara’ dan syara’ memayungi adat, dan adat memayungi masyarakat Nusantara. Masyarakat Nusantara menjadi lokus adat yang bersendi sar’a dan sara’ bersendi Kitabullah, masing-masing saling memberi energy satu sama lain. Kristalisasi nilai-nilai keempat unsur tersebut melahirkan masyarakat Nusantara.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.