Dark/Light Mode

Papua Membara

Kamis, 22 Agustus 2019 07:00 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - A****g, lu!” teriak seorang anak muda perlente yang turun dari mobil dengan emosi tinggi. “Kurang ajar kamu! Saya bukan a***g, saya manusia, tahu ?!” teriakan dibalas teriakan.

Emosi orang kedua yang diteriaki “A***g” langsung meledak, siap mengambil pisau yang terselip di belakang becak yang dikayunya.

Cerita klasik: seorang tukang becak tanpa sengaja menyerempet mobil mengkilap yang dikendarai anak muda kaya.

Pemilik mobil kontan naik emosinya dan secara spontan menghujat si tukang becak–dengan teriakan “A****g Lu !” - karena pikirnya body mobil yang baru dibelinya 7 bulan yang lalu mengalami ringsek berat.

Baca juga : NKRI Bersyariah, Tolak !

Manusia sesungguhnya insan yang punya harga diri, kehormatan, “Homo Dignitate”, tulis Aristoteles. Semua orang, dari Presiden sampai tukang sapu, pembantu rumah tangga, bahkan pelacur sekali pun, mempunyai harga diri.

Jika harga dirinya terusik, apalagi merasa diinjak-injak, ia secara spontan akan berontak dan melawan, bahkan menghajar orang yang menghujatnya, kecuali jika “urat harga dirinya” sudah putus.

Dari mana sumber harga diri manusia? Dari Sang Pencipta. Menurut salah satu agama, manusia diciptakan Tuhan seturut wajah-Nya. Artinya, manusia awalnya adalah makhluk yang sempurna, lahir seperti salju, putih, bersih.

Oleh sebab itu, siapa pun bisa gusar manakala harga dirinya, dignity-nya, terganggu atau diinjak-injak. Manusia koq dibilang “a****g” !! Nah, keributan dan kerusuhan yang meledak di berbagai kota Papua dan Papua Barat sejak Jumat pekan lalu berasal dari cacian “ala binatang” itu, yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua, Surabaya.

Baca juga : Keamanan Papua Bukan Tanggung Jawab TNI Saja!

Aparat keamanan, para Menteri di Jakarta, termasuk Presiden Jokowi dan masyarakat luas di seluruh Tanah Air, pasti tidak sangka dan oleh sebab itu sangat terkejut menyaksikan rentetan “peristiwa panas” di Papua dan beberapa kota lain pasca kejadian di Asrama Mahasiswa Papua, Surabaya, 16 Agustus 2019 sore.

DPRD Manokwari, Papua Barat dibakar setelah kerusuhan massal meledak. Lembaga Pemasyarakatan Sorong juga dibakar dan dijebol. 258 narapidana melarikan diri.

Kejadian sesungguhnya memang masih belum terang-benderang. Pihak Kepolisian masih terus melakukan investigasi. Yang kami baca dari 8 media; 5 media cetak dan 3 media portal, sebagai berikut:

- Kamis 15 Agustus 2019 mahasiswa Papua di Malang berdemonstrasi memperingati 57 tahun Perjanjian New York dengan tema “Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas penjajahan di West Papua”.

Baca juga : Habis Caci Maki, Terbit Mimpi Kursi

Aksi unjuk rasa ricuh karena mendapat perlawanan dari massa yang pro-NKRI. Puluhan mahasiswa Papua dikabarkan terluka; begitu juga anggota Polri.

- Jumat 16 Agustus 2019 massa dari beberapa ormas mendatangi asrama mahasiswa Papua di Surabaya, karena dipicu oleh isu perusakan bendera Merah Putih.

Sehari sebelumnya, polisi menerima laporan dari mereka yang mengaku dari satu ormas bahwa mahasiswa Papua menurunkan bendera Merah Putih yang dipasang Pemda Surabaya di pagar asrama, bendera kemudian dibuang ke selokan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.