Dark/Light Mode

Mewaspadai Serangan Siber Dalam Geopolitik

Senin, 2 Oktober 2023 06:30 WIB
Prof. Dr. Ermaya Suradinata
Prof. Dr. Ermaya Suradinata

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang ideologi di dalam era globalisasi, telah saya bahas (Rakyat Merdeka, 27 September 2023), dan sekarang hal yang tidak kalah pentingnya pula dibahas adalah serangan siber. Serangan siber adalah upaya yang dilakukan oleh ­individu, kelompok (dan bangsa) ­untuk mengakses, merusak, atau mencuri informasi dari sistem komputer atau jaringan melalui Internet.

Adalah Gubernur Lembagan Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Andi Widjajanto, seba­gaimana disiarkan pers pada Senin (18/9/2023), memperjelas bahwa serangan siber akan menjadi tindakan pertama dalam skenario konflik negara-negara besar. Lalu Gubernur (Lemhannas) RI ini mengusulkan pembentukan Angkatan Siber untuk melengkapi matra Angkatan Darat, Laut, dan Udara TNI sebagai respons terhadap ancaman utama yang datang dari potensi konflik antara Amerika Serikat dan China.

Baca juga : Perang Ideologi Dalam Era Globalisasi

Apabila Amerika Serikat (AS) dan China terlibat dalam serangan siber yang melibatkan konflik, atau ketegangan antara keduanya, dampaknya terhadap geopolitik Indonesia dapat ­cukup signifikan. Maka kete­gangan antara AS dan China mendorong negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia, untuk lebih meningkatkan upaya keamanan siber untuk melin­dungi infrastruktur teknologi informasi dan data sensitif dari serangan siber.

Dengan demikian Indonesia harus mengambil sikap dalam konflik siber antara AS dan China. Tentu saja hal ini tergantung pada hubungan bilateral dan kepentingan nasional. Tetapi yang pasti, sikap ini bisa mempengaruhi hubungan Indonesia dengan kedua negara tersebut, dan juga dengan negara-negara lain di kawasan.

Baca juga : Etika Pemerintahan, Geopolitik Menuju Pemilu 2024

Bersamaan pula Indonesia menghadapi peningkatan risiko serangan siber yang dise­­­­leng­ga­rakan oleh pihak ketiga, yang berusaha memanfaatkan ­ke­tegangan antara AS dan China. Maka Indonesia harus meningkatkan kemampuan pertahanan siber untuk melindungi infrastruktur kritis, data peme­rintah, dan data pribadi warga negara.

Setidak-tidaknya dengan ada­nya ketegangan siber antara AS dan China, dapat memenga­ruhi dinamika kekuatan di Asia-Pasifik. Dan Indonesia sebagai negara besar di kawasan ini, karuan saja berkewajiban untuk mengevaluasi kembali hubungan dengan kedua negara tersebut untuk mempertahankan kese­imbangan dalam diplomasi dan keamanan. Oleh karena itu, da­lam konteks geopolitik, serangan siber antara Amerika Serikat (AS) dan China memiliki potensi dampak yang signifikan pada dinamika kekuatan dan hu­bungan regional di kawasan Asia-Pasifik, dan Indonesia tak pelak lagi merasakan efek-efeknya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.