Dark/Light Mode

Bukan Debat, Hanya Klarifikasi

Kamis, 10 Januari 2019 07:09 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Pada butir-d, Moderator dilarang memotong atau intervensi. Moderator harus membiarkan perdebatan berlangsung panas dan apa adanya. Ia baru akan meniupkan peluitnya untuk menghentikan debat ketika situasi dinilai sudah lepas kendali.

Dalam Debat Presiden antara Obama versus George Walker Bush (Bush junior) beberapa tahun yang lalu, Obama menyerang habis-habisan kebijakan Bush senior yang kemudian dipertahankan puteranya yang menginvasi Irak sehingga mem-buat Irak masuk dalam kubangan perang saudara berkepanjangan.

Baca juga : Upaya Mendiskreditkan TNI

Sambil menuding-nuding jarinya ke muka Bush, Obama setengah berteriak menuding Bush tiap hari telah membunuh warga Amerika di Irak. Ia berjanji kepada rakyat Amerika akan segera memulangkan semua pasukan AS di Irak jika terpilih sebagai Presiden Amerika. Tentu, Bush tidak diam mendapat serangan Obama. Ia pun mempertahankan sekuatnya kebijakan Washington di Irak.

Pada akhirnya, Obama meraih kemenangan mutlak dalam pilpres melawan Bush Jr. Memang di Amerika tujuan utama debat presiden ialah untuk memikat rakyat, sekaligus meraih sebanyaknya suara pemilih, khususnya mereka yang disebut undecided vote atau swing vote, istilah populer di Indonesia. Maka, debat presiden menjadi ajang politik yang sangat-sangat penting, dan selalu ditunggu-tunggu rakyat.

Baca juga : Soal Bocoran Debat, JK Sejalan Dengan Oposisi

Betul kata Jusuf Kalla, debat presiden hakikatnya “untuk menguji kemampuan pasangan supaya rakyat mengetahui [bagaimana] sebenarnya tingkat kemampuan calon”. Lha, kalau jawaban-jawaban yang meluncur dari mulut calon semata-mata karangan Tim Sukses dan calon hanya “setengah hafal”, apa yang diperoleh pe-nonton dan bagaimana penonton (konstituen) bisa menentukan secara tepat siapa presiden dan wakil presiden yang bagus untuk rakyat 5 tahun ke depan?

Ya, itulah realita debat presiden ala Indonesia.  Jika praktek demokrasi kita pasca Orde Baru bercorak dermokrasi liberal, debat presidennya masih jauh dari corak liberal. Debat presiden Indonesia sampai sekarang masih bercorak “demokrasi terpimpin”! Tapi daripada tidak ada, debat presiden boleh ditonton juga, paling tidak sebagai hiburan (saja), meski jawabannya adakalanya bersifat dagelan juga.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.