Dark/Light Mode

Bukan Debat, Hanya Klarifikasi

Kamis, 10 Januari 2019 07:09 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Ah, Indonesia ini bangsa Timur, bangsa yang penuh santun dalam berkomunikasi. Budaya Jawa mengajarkan kita jangan sekali-kali mempermalukan seseorang yang tinggi jabatannya di muka umum, apalagi orang itu calon RI-1 atau RI-2. Gawat, dan kasihan.

Baca juga : Upaya Mendiskreditkan TNI

Hal ini memang pernah terjadi pada debat presiden-wakil presiden 15 tahun yang lalu. Salah satu calon presiden tiba-tiba “gelagapan” mendapat pertanyaan Moderator yang sama sekali tidak diantisipasi, karena tidak pernah dibisiki Tim Sukses sebelumnya. Konon, Tim Sukses calon presiden itu kemudian memprotes Moderator/KPU yang dinilai offside. berani-beraninya merancang sendiri pertanyaan kepada kandidat jagoannya.

Baca juga : Soal Bocoran Debat, JK Sejalan Dengan Oposisi

Jadi, Akbar Tandjung dan JK tidak usah heran setelah mengetahui kedua pasangan capres-cawapres sudah diberitahukan kisi-kisi pertanyaan pada acara debat nanti. Itulah model Presidential Debate ala Indonesia! Jangan sekali-kali bandingkan debat presiden Indonesia dengan debat serupa di negara-negara Barat, apalagi Amerika. Bak langit dan bumi perbedaannya.

Baca juga : Yang Muda Yang Korupsi

Mungkin banyak kalangan di negara kita yang sesungguhnya belum paham apa arti “perdebatan” sebenarnya. Debat berbeda dengan diskusi. Dalam teori debat ditulis bahwa yang namanya debat paling tidak mengandung 5 unsur pokok:
a. Interaktan (komunikator dan komunikan): sedikitnya 2 orang yang berseberangan po¬sisinya plus Moderator sebagai wasit.
b. Konten: masalah (-masalah) bangsa yang kontroversial atau panas yang selama ini menyedot perhatian besar publik.
c. Media: panggung/forum terbuka dan disaksikan oleh khalayak sangat besar (hingga lebih dari 100 juta); disiarkan langsung (live) media elektronika sehingga seluruh bangsa bisa mengikutinya.
d. Strategi: Komunikator dan komunikan diminta memberikan argumentasi sekuatnya mengenai topik yang diperdebatkan, sekaligus menyerang sekerasnya argumentasi lawan.
e. Jalannya komunikasi: Bebas, temperamental, frontal; diperkuat oleh ekspresi komunikasi non-verbal yang kuat (seperti suara keras hingga memekik, emosional, menunjuk-nunjuk muka lawan, sampai gebrak podium). Unsur “Pathos” dalam teori Retorika Aristotles sangat menonjol dalam debat presiden di negara-negara Barat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.