Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup 118

Resakralisasi Alam Semesta: Dampak Teologis Kerusakan Lingkungan

Kamis, 25 Januari 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Idealnya antara ajaran agama dan pemeluknya tidak boleh berjarak. Namun ada kecenderungan antara keduanya semakin berjarak, setidaknya di dalam pola ke­hidupan sosial budaya. Ajaran agama menganjurkan apa dan umatnya melakukan apa? Agama mestinya menjadi pandangan hidup (way of life) bagi pemeluknya. Apa jadinya agama dan pemeluknya berjarak? Apakah masih bisa disebut agama jika tanpa pemeluk? Mungkin mitos? Apa masih bisa disebut manusia tanpa agama? Mungkin monster? Lihatlah pemandangan di sekitar kita atau mungkin lihatlah diri kita sendiri. Apa kata agama dan apa yang dilakukan pemeluknya, atau apa kata agama dan apa yang kita lakukan? Semakin berjarak antara agama dan pemeluknya semakin gagal kita menciptakan lingkungan pacu pembangunan yang berbasis moral kemanusiaan.

Baca juga : Deputi Warsito: Ciptakan Lingkungan Yang Harmonis

Lingkungan pacu kita sebagai umat beragama, termasuk kerusakan lingkungan alam, semakin teruji (untuk tidak mengatakan semakin rusak). Memang semuanya sudah berubah. Salahsatu faktornya ialah masa depan datang lebih awal melampaui kecepatan kita menyiapkan diri. Mestinya masa depan itu datang 50 tahun lagi tetapi sudah masuk di dalam kamar-kamar kita. Dampaknya ialah munculnya multi shock. Di antaranya cultural shock, Theological shock, economi­cal shock, IT shock, sampai kepada theological shock. Multi shock ini perlu dicermati. Jika generasi muda tidak segera dilakukan membinaan intensif maka serta merta ideologi terlarang dari dalam negeri dan dari luar negeri bisa mencekam negeri kita.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Pelajaran Berharga Dari Nabi

Apa jadinya jika masa depan datang lebih awal dari pada perkiraan kita? Pertanyaan ini dianalisis lebih cermat oleh Prof. Clifford Geertz dalam bukunya The Observed. Geertz membayangkan suatu masyarakat yang akan mengalami apa yang disebut dengan kepribadian ganda (split personality). Sayang sekali Geertz, ahli antropologi agama senior dari Amerika Serikat yang melakukan peneli­tiannya doktornya di Indonesia ini keburu wafat sebelum menyaksikan prediksinya menjelma menjadi suatu ke­nyataan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.