Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (110)

Resakralisasi Alam Semesta: Dampak Desakralisasi Alam Semesta (2)

Selasa, 16 Januari 2024 05:38 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Jika alam semesta dianggap hanya sebagai obyek dan manusia sebagai subyek yang bebas memerlakukan alam semesta sesuai keinginannya, maka pada saat itulah awal terjadinya kehancuran dunia kemanusiaan.

Oleh Sang Pencipta manusia dan alam semesta diciptakan secara parallel, saling melengkapi satu sama lain. Bahkan manusia sesungguhnya bagian dari alam semesta itu sendiri. Hanya saja manusia diciptakan terakhir setelah fasilitas dan daya dukung kapasitasnya sebagai khalifah di muka bumi sudah tersedia.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Dampak Desakralisasi Alam Semesta

Berawal dari mineral bebatuan, kemudian berproses menjadi tanah, lalu tumbuhlah tumbuh-tumbuhan, kemudian terciptalah dunia hewan termasuk burung-burung dan ikan, lalu diciptakanlah manusia yang kehidupannya ditentukan oleh protein dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Manusia kemudian ditunjuk menjadi khalifah yang oleh agama-agama anak cucu Nabi Ibrahim: Yahudi, ­Nasrani, dan Islam dianggap sebagai ­pengelola alam semesta.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Mendamaikan Mitos Dan Logos (2)

Stabilitas kehidupan manusia ditentukan oleh stabilitas hubungan baik antara manusia dan alam semesta.

Semakin harmonis hubungan antara manusia dengan alam semesta semakin stabil pula kehidupan umat manusia itu. Manusia pasti akan mengalami kerisis manakala terjadi banjir yang merendam tempat hunian dan wilayah pertanian mereka. Bagaimana tidak banjir jika hutan-hutan digunduli, Sungai-sungai dipersempit dan didangkalkan, gunung-gunung dikikis habis, dan ekosistem fauna dan flora dirusak.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta (1) Mendamaikan Mitos Dan Logos (1)

Persahabatan manusia dengan alam semesta sudah merupakan keniscayaan. Manusia membutuhkan alam semesta yang sehat dan segar dan alam semesta membutuhkan manusia yang ramah terhadap dirinya.

Jika harmonisasi ­antara manusia dan alam semesta terwujud maka itulah se­sungguhnya yang dimaksud dalam Al-Qur’an: Baldatun thayyibah wa Rabbun gafur, negeri yang indah penuh ampunan Tuhan (Q.S Saba’/34:15). Akan tetapi egosentrisme dan antroposentrisme manusia membuat alam semesta ini rusak, sebagaimana diingatkan dalam ayat: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Al-Rum/30:41).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.