Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (117)

Resakralisasi Alam Semesta: Pelajaran Berharga Dari Nabi

Selasa, 23 Januari 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak ada ’benda mati’ dalam kamus Tuhan. Benda mati hanya dikenal dalam kamus manusia biasa. Hal ini ditegas­kan di dalam Al-Qur’an (Q.S. al-Isra’/17:44). Silaturrahim dengan benda-benda mati ban­yak dicontohkan Rasulullah SAW. Antara lain ia melarang keras mencemari air; baik genan­gan air (al-ma’ al-rakid) maupun air yang mengalir (al-ma’ al-jari), suara tasbih butiran pasir di tangan Rasulullah, batu keras menjadi lunak saat penggalian Khandak, dan kasus didinding dan daun pintu yang berbicara kepada Nabi. Prof. Isaru Imoto yang terkenal itu menjadi bukti pembenaran bahwa air sangat sensitif menerima pesan dari manusia. Kristal air membentuk gambaran indah manakala diper­dengarkan kalimat indah, seba­liknya akan membentuk kristal buruk manakala diperdengarkan kalimat kasar.

Hadis lain menceritakan suatu ketika Rasulullah menerima pemberian mimbar dari seorang ibu yang terbuat dari kayu untuk menggantikan mimbar tua dari batang korma. Ketika mimbar itu dibongkar pada hari Jum’at tiba-tiba batang korma itu menangis seperti bayi. Rasulullah menjelaskan: “Batang pohon ini merasa sedih setelah akan ditinggalkan”. Dalam Riwayat lain, Rasulullah turun dari mim­bar dan mengajak berdialog bekas mimbar itu: “Sekarang kamu boleh memilih antara ditanam di tempatmu semula, kamu dapat tumbuh berkem­bang seperti sebelumnya, atau ditanam di surga, kamu bisa meresap sungai-sungai dan mata air di sana, lalu kamu akan tumbuh dengan baik dan buh-buhmu akan dipetik para kekasih Allah. Apa pilihanmu akan aku laksanakan”. Batang korma itu memilih untuk ditanam di surga.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Arus Balik dari Post Truth

Sebuah hasil penelitian di Jepang melaporkan bahwa po­hon angrek yang dipelihara oleh majikan dengan penuh kasih sayang jauh lebih indah kembangnya ketimbang angrek yang dipelihara tukang kembun yang menjalankan rutinitasnya dengan motivasi perolehan gaji dari majikannya.

Suatu ketika Nabi pernah mele­wati pemakaman dan berhenti di salahsatu makam. Di tanya oleh Abu Bakar, kenapa berhenti di sini, lalu Nabi menjawab, orang yang di bawah makam ini sedang disiksa karena ia mencuci tidak bersih seusai membuang kotoran di masa hidupnya. Kemudian Nabi mengambil setangkai pohon lalu ditancapkan di atas makam itu. Nabi berkata sepanjang tang­kai pohon ini masih segar maka sepanjang itu akan diringankan siksaan orang ini.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Mengembalikan Kesakralan Alam Semesta

Rasulullah menganjurkan untuk memelihara tanaman dan menghijaukan tanah-tanah tan­dus. Menanam dan memelihara pohon itu mulia dan berpahala. Binatang yang makan dari ham­paran tanaman menjadi sedekah bagi penanamnya. Rasulullah juga pernah marah dan melarang sahabatnya membunuh makhluk hidup dengan cara membakar api. Ia mengatakan hanya Allah Swt yang berhak menyiksa dengan api.

Dibalik persahabatan manusia dengan fauna tentu saja mempunyai hikmah lebih besar untuk kepentingan manusia. Pemba­batan hutan yang melampaui ba­tas jelas akan merugikan semua pihak, terutama umat manusia yang akan didera dengan banjir dan tanah longsor, dan berbagai musibah lainnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.