Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (114)

Resakralisasi Alam Semesta: Awal Desakralisasi Alam Semesta (2)

Sabtu, 20 Januari 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Gagasan Rene Descartes semakin besar di Barat setelah pendapatnya didukung seorang ilmuan besar Inggeris, Isaac Newton (1642-1727). Ia mendukung pendapat Descartes yang mengatakan ala mini tidak sacral dan tidak suci. Sebagai seorang fisiawan ia beranggapan bahwa materi tidak ber­nyawa, tidak ­memiliki kemapuan ­untuk bergerak dan berkembang kecuali jika digerakkan oleh unsur luar. Bagi Newton, Tuhan direduksi menjadi sebuah fenomena fisika. Esensi Tuhan sebagai “domination” (penguasa) diidentifikasi dan diidentikkan dengan gaya grafitasi yang mengontrol kosmos. Apa yang disebut Tuhan telah terdefinisikan dengan jelas oleh alam semesta yang dipandang sebagai kesimpulan rasional dari desain alam semesta yang rumit. Newton jelas tidak percaya takhyul di sekitar alam semesta. Ia sependapat dengan pendahulunya yang menganggap alam semesta ini tidak ­memiliki keajaiban dan kesakralan. Alam adalah obyek Garapan dan ­penguasaan manusia.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Awal Desakralisasi Alam Semesta (1)

Newton memiliki murid cerdas Bernama Samuel Clarke (1675-1729). Ia sependapat ­gurunya yang mengatakan ­bahwa alam ini tidak dikenal ­adanya kesakralan. Alam tidak ada hubungannya dengan Tuhan, bahkan ia mengatakan Tuhan bukan elemen yang diperlukan. Apa yang dipersepsikan tentang Tuhan sesungguhnya tidak lain adalah fenomena dari misteri alam yang selama ini tidak di­ketahui. Setelah ilmu berkembang dan misteri di sekitar ala mini tersingkap maka dengan sendirinya Tuhan sudah seharusnya mengalami perubahan dalam persepsi manusia. Pandangan inilah yang mendasari pemikir ateis yang menganggap Tuhan itu tidak ada, seperti pendapat Frederich Hegel (1770-1831) dan muridnya Karl Marx (1818-1883). Keduanya berpendapat Tuhan sudah mati dan meng­anggat ­agama sebagai candu bagi manusia.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Memperbaharui Sistem Teologi (2)

Pendapat para filsuf di abad pertengahan ini sungguh ­sangat menyesatkan. Merekalah yang harus bertanggung jawab ­dengan terjadinya kerusakan di muka bumi ini. Eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan alam dan lingkungan hidup merupakan konsekwensi logis dari munculnya desakralisasi terhadap alam semesta.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.