Dark/Light Mode

Menghayati Nama Allah, Rab, Ilah, Dan Asma’ al-Husna

Selasa, 11 Juni 2024 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Nama adalah identitas sebuah entitas. Allah SWT pun mempunyai nama, bahkan beberapa nama. Di antaranya ialah “Allah” sebagai nama bagi Zat Yang Maha Agung (lafdh al-jalalah). Tidak boleh ada sesuatu apapun berhak menggunakan nama itu selain diri-Nya. Kata ini mutlak hanya nama-Nya Dia Yang Maha Tunggal (Ahadiyyah). Karena itu, kata Allah satu-satunya nama Tuhan yang tidak memiliki bentuk jamak. Berbeda dengan kata Rab yang mempunyai bentuk jamak (arbab) dan kata Ilah yang juga memiliki bentuk jamak (alihah). Kata Allah ( (هللا yang tergabung dari huruf alif, lam, lam, ha, memiliki keunikan yang tidak terjadi pada nama-nama lain-Nya. Jika dibuang huruf alif masih tetap terbaca lillah ( هلل ) berarti “untuk Allah”. Jika dibuang satu huruf lam maka masih tetap terbaca lahu ( هل ) berarti “untuk-Nya”. Jika dibuang semua huruf lam maka masih tetap dapat dibaca Hu ه) )kata ganti (dhamir) dari Allah berarti “Dia”. Nama ini sulit dilacak akar katanya dari mana.

lAda yang mengatakan dari Bahasa Hebrew (Ibrani), El kemudian membentuk kata Eloh berarti Tuhan. Ada yang mengatakan dari Bahasa Arab sendiri, seakar kata yang membentuk kata Ilah, yakni aliha-ya’lahu berarti menyembah, mengabdi, kemudian Ilah berarti Tuhan.

Kata Allah satu-satunya nama Tuhan yang tidak memiliki bentuk jamak. Berbeda dengan kata Rab yang mempunyai bentuk jamak (arbab) dan kata Ilah yang juga memiliki bentuk jamak (alihah). Kata Allah ( هللا ) yang tergabung dari huruf alif, lam, lam, ha, memiliki keunikan yang tidak terjadi pada nama-nama lain-Nya.

Baca juga : Dampak Teologis Kerusakan Lingkungan

Jika dibuang huruf alif masih tetap terbaca lillah ( هلل ) berarti “untuk Allah”. Jika dibuang satu huruf lam maka masih tetap terbaca lahu ( هل ) berarti “untuk-Nya”. Jika dibuang semua huruf lam maka masih tetap dapat dibaca Hu ( ه) kata ganti (dhamir) dari Allah berarti “Dia”.

Allah nama dari diri-Nya sebagai Ahadiyyah, sebagai entitas utama dan pertama (al-Ta’ayyun al-Awwal). Sedangkan kata Rab nama dari diri-Nya sebagai entitas kedua (al-Ta’ayyun al-Tsani). Nama Rab selevel dengan al-Asma’ al-Husna. Meskipun dikatakan Entitas Kedua tetapi masih tetap keberadaan-Nya (al-Hadharat al-Ilahi), karena itu disebut Entitas Permanen (al-A’yran al-Tsabitah).

Entitas ini tidak termasuk kategori alam dalam arti entitas-entias selain Allah (kullu ma siwa Allah). Entitas-entitas berikutnya, yaitu entitas ketiga (al-ta’ayyun al-tsalits) dan seterusnya itulah yang disebut alam. Meskipun alam bukan diri-Nya tetapi merupakan manifestasi lanjutan (tajalli) dari diri-Nya.

Baca juga : Misteri Maqam Ibrahim

Kata Rab adalah nama Tuhan dalam level Wahidiyyah. Lafaz Rab tidak termasuk dalam al-Asma’ al-Husna, tetapi mungkin bisa disebut sebagai cover dari totalitas nama-nama-Nya yang tergabung di dalam al-Asma’ al-Husna. Kata Rab juga digunakan sebagai nama terhadap Tuhan lain selain Allah SWT. Rab juga mempunyai bentuk jamak, yaitu arbab (Tuhan-tuhan). Berbeda dengan kata Allah tidak memiliki bentuk mufrad, apalagi jamak.

Penggunaan kata Rab di dalam Al-Qur’an banyak digunakan di dalam Al-Qur’an, khususnya ayat-ayat Makkiyah. Ayat-ayat yang turun di Madinah lebih banyak menggunakan nama eksplisit Allah SWT. Ayat-ayat pendek yang tergabung di dalam juz ‘Amma pada umumnya menggunakan kata Rab.

Ayat yang paling pertama Allah turunkan ialah Iqra’ bi ismi Rabbik (bacalah dengan nama Tuhanmu), bukannya menggunakan Iqra’ bi ism Allah (Bacalah dengan nama Allah). Hal ini bisa difahami karena kata Allah belum begitu familiar dalam masyarakat Arab saat itu. Yang lebih popular ialah Rab. Contoh kasus terjadi ketika Perjanjian Hudaibiyah, sebagaimana diungkapkan dalam hadis Bukhari, yang menceritakan pimpinan delegasi kaum kafir Quraisy, menolak kalimat pembuka perjanjian: Bismillah al-Rahman al-Rahim, lalu mengusulkan gantinya: Bismik Allahumma. Kata Allahumma biasa disinonimkan dengan Ya Rab. Nabi pada akhirnya menerima usulan tersebut. Seolah-olah Nabi tidak mempersoalkan kata Allah dan Rab.

Baca juga : Misteri Di Balik Hijir Ismail?

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 5, edisi Selasa, 11 Juni 2024 dengan judul "Teosofi Haji Dan Umrah (13) Ka'bah Sebagai Rumah Pembebasan (al-Bait al-'Atiq)"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.