Dark/Light Mode

Teosofi Haji Dan Umrah (15)

Di Bawah Lindungan Ka’bah

Minggu, 2 Juni 2024 05:55 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Prof. Dr. Hamka pernah menulis buku sangat menarik yang diberi judul: “Di Bawah Lindungan Ka’bah”. Ia mengisahkan perjalanan spiritual dan cinta yang mendalam antara Hamid dan Zainab, dua anak yatim piatu yang tumbuh bersama di Minangkabau. Hamid, seorang pemuda saleh dan miskin, jatuh cinta pada Zainab, putri seorang saudagar kaya. Namun, perbedaan status sosial menjadi penghalang besar bagi cinta mereka.

Walaupun dalam bentuk novel tetapi buku ini sangat mendalam membahas makna sufistik ibadah haji. Ia menggambarkan haji dapat terlaksana dengan baik jika dilakukan dengan penuh rasa cinta dan kesediaan untuk berkorban.

Baca juga : Makna Esoterik Ka’bah

Hamid dengan tulus mencintai Zainab dan rela berkorban demi kebahagiaan Zainab, bahkan jika itu berarti melepaskan cintanya. Bagaimana kekuatan iman dan agama yang kuat menjadi landasan bagi Hamid dalam menghadapi cobaan hidup dan perbedaan sosial.

Hamka dengan indah menggambarkan konflik antara nilai-nilai tradisional Minangkabau dengan pengaruh modernitas yang masuk yang berakhir dengan sebuah ketenangan dan kebahagiaan hakiki. Kekhususan Minangkabau yang secara sosiologis menganut budaya matriarkal lalu berakulturasi dengan ajaraan agama yang lebih cenderung ke konsep patriarkal, terutama di dalam konsep fikih kekeluargaan (al-ahwal al-syakhshiyyah).

Baca juga : Ka’bah Sebagai Rumah Pembebasan (al-Bait al-’Atiq)

Akan tetapi sebagai seorang novelis muslim Hamka mampu memberikan pemikiran solutif yang mencerahkan kepada Masyarakat Minangkabau, dengan memopulerkan konsep: Adat bersendi Syara’ dan Syara’ bersendi Kitabullah.

Ia juga memuat keritik sosial yang menyorot terjadinya ketimpangan sosial di dalam Masyarakat. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi di dalam Masyarakat menimbulkan kecemburuan social dan bahkan terkadang memunculkan konflik social antar kelas.

Baca juga : Ka’bah Sebagai Sentral Grafitasi Spiritual

Dalam novel ini Hamka mencontohkan sosok Hamid dan Zainab sebagai simbolisasi realitas sosial. Berkat keimanan yang kuat maka pada akhirnya Hamid dan Zainab mampu menemukan jalan hidupnya masing-masing tanpa menimbulkan ketegangan atau konflik yang berkepanjangan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.