Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Semua pihak–dari menteri, pakar ekonomi, pengamat, wakil rakyat, apalagi pebisnis dan pengusaha–mengakui bahwa perekonomian Indonesia saat ini dalam ancaman serius sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Ancaman maut itu bak pisau penjahat [iblis] yang sudah menghunus di wajah korban. apa sebab ekonomi dalam ancaman serius?
Argumentasinya sangat sederhana. Serangan Covid-19 berlangsung tiba-tiba dan massif sekali di seluruh dunia, Termasuk seluruh wilayah Indonesia. Ibarat peperangan, pemerintah–harus diakui agak telat menghadapi serangan kilat dan massif Corona. Maka, untuk penanganannya dibutuhkan anggaran AMAT BESAR, untuk macam-macam stimulus ke pada pebisnis, bantuan bagi pariwisata, sektor yang paling besar terkena dampak Corona peningkatan bansos, bantuan ke pada desa dan lain-lain. Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengucurkan anggaran sebesar Rp 405 triliun sebagai tambahan bagi APBN 2020. Dari mana tambahan anggaran untuk pemberian macam-macam stimulus itu? Tanya Chairul Tanjung, boss CT Corp.
Sri Mulyani menjawab rileks sambil bergurau: “Pemerintah kita tidak akan mengencangkan ikat pinggang. Tidak juga dengan memangkas anggaran belanja. Sebab hal itu sama juga mengikuti siklus pelemahan ekonomi. Ujung-ujungnya ekonomi kita nyungsep! Kalau saya procyclical (ikuti siklus pemelahan), saya tidak akan jadi Menkeu. Tapi jadi cheerleader. Kalau lagi nyungsep, ikut nyungsep,” seloroh Menteri Keuangan.
Tapi, Chairul Tanjung dan kalangan pers, tampaknya, sudah “punya feeling” pemerintah akan menutup defisit angaran dengan tambahan utang.
Baca juga : Virus Korupsi Sama Jahatnya Dengan Covid-19
Benar, pada Rabu 8 April yang lalu, di depan DPR RI, Menteri Keuangan mengumumkan pemerintah sudah menerbitkan Global Bond senilai US$ 4,3 miliar. Global Bond (baca: surat utang); dibagi dalam 3 tahap dengan tenor yang berbeda-beda. Tahap ke-3 senilai US$ 1 miliar bertenor 50 tahun [hingga tahun 2070!]
Utang baru senilai US$ 4,3 miliar dan penarikan uang dari peredaran sebesar ratusan triliun oleh Bank Indonesia karena mau ditukar dengan uang cetakan baru, menimbulkan macam-macam pertanyaan: siapkah pemerintah bertempur habis habisan untuk membunuh pandemi Covid-19?
Jika pemerintah kewalahan dari aspek ekonomi, kita semua memang HARUS memahminya. Perang terhadap Corona bakal menguras anggaran pemerintah dalam jumlah amat besar. Di sisi lain, pemasukan negara menga lami penurunan sangat signifikan. Menurut Menteri Keuangan, ekonomi kita tahun ini kemungkinan hanya akan tumbuh 4,7% (dari forecast 5,3%). Ratio utang atas PDB meningkat jadi 36% dari semula 19%. Malah, Menteri BUMN Erick Thohir membuat prediksi yang lebih galau. Terkait dengan dampak pandemi corona dari aspek ekonomi, ia membuat skenario: skenario berat dan sangat berat. Jika situasi berat yang kita alami, pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 3%. Sebaliknya, tidak mustahil ekonomi akan nyungsep (meminjam Menkeu) NOL persen manakala situasi sangat berat yang kita hadapi. Perbedaan antara “berat” dan “sangat berat” ditentukan oleh kurs dolar AS, yaitu cukup bertahan pada level Rp 17.500, per dolar, atau tembus Rp 20.000, per US$.
Menurut skenario berat, angka kemiskinan bisa bertambah 1,1 juta orang. Sementara skenario lebih berat angka kemiskinan naik menjadi 3,78 juta orang. Dengan skenario berat angka penggangguran naik menjadi 2,9 juta dan skenario lebih berat menjadi 5.2 juta orang. Lalu bagaimana langkah pemerintah untuk mengatasi masalah ini?
Baca juga : Indonesia Menuju Darurat Sipil?
Supaya kita jangan dininabobokan oleh pemikiran utang dan utang terus, pemerintah berusaha keras untuk menahan peningkatan pengeluaran. Caranya, kementerian-kementerian diperintahkan secepatnya merealokasi anggarannya untuk ikut mendanai dampak ekonomi pandemi corona. Pangkas mata anggaran apa saja yang dinilai kurang penting kemudian direalokasi untuk anggaran penanganan dampak ekonomi corona. Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat edaran kepada semua kepala daerah untuk secepatnya merevisi APBD-nya dengan merealokasi mata anggaran yang kurang penting untuk kepentingan ini. Kementerian Desa idem ditto. Hampir seluruh kementerian/lembaga (K/L) diminta melakukan realokasi anggaran dan membuat program Padat Karya Tunai.
Kementerian PUPR juga sudah memangkas anggarannya sebesar Rp 24,53 triliun, antara lain dengan membatalkan paket paket kontrak yang belum dilelang dan rekomposisi alokasi anggaran 2020 pada paket kegiatan tahun jamak; juga mengubah paket-paket kontrak tahunan (single years) tahun anggaran 2020 menjadi paket-paket tahun jamak.
Yang bakal menuai protes dari berbagai kalangan adalah pemotongan anggaran pendidikan, temasuk tunjangan guru PNS sebesar triliunan rupiah. Pemotongan anggaran juga dilakukan di pos Bantuan 0perasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) PAUD, BOP Pendidikan Kesetaraan, serta BOP museum dan taman Budaya....... tampaknya, pemotongan anggaran di sektor pendidikan sudah kebablasan, menyentuh orang kecil.
Bagaimana dengan sektor pertahanan?
Baca juga : Mempertanyakan Efektivitas `Setengah Lockdown`
Hingga hari ini, belum ada kabar Kementerian Keuangan bakal mengarahkan strategi realokasi anggaran Kemhan untuk ikut membantu dampai pandemi corona. Seperti kita ketahui, anggaran Kementerian Pertahanan tahun 2020 paling besar diantara semua kementerian: Rp 127,42 triliun, naik 17,53% dari APBN 2019. Sekitar 35% dari anggaran sebesar itu direncanakan untuk pengadaan alutsista baru. Meski dari kacamata Indonesia, anggaran Rp 127 triliun untuk sektor pertahanan sangat besar, tetapi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara, belanja Pertahanan Indonesia masih tergolong kecil.
Toh, dalam situasi penuh keprihatinan dan was-was akibat dampak dahsyat dari pandemi Covid-19, terutama terhadap rakyat kecil, tidak ada salahnya jika Menteri Keuangan menjajaki secara serius kemungkinan memangkas anggaran Kemhan untuk kemudian direalokasi ke anggaran membantu rakyat kecil yang jatuh miskin atau jadi penggangguran akibat pandemi Covid-19. Pengadaan alutsista modern dan canggih bisa ditunda, karena ancaman eksternal indonesia 10 tahun ke depan masih remang-remang; tetapi ancaman kematian sekian puluh ribu rakyat kita akibat serangan virus maut corona sudah terjadi dan masih terus berlangsung di depan mata kita! Bisa dipangkas Rp 15 triliun saja sudah memberikan kontribusi yang signifikan. ***
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.