Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kearifan Lakon Sri Mulih

Senin, 19 Juli 2021 06:00 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak seperti biasanya, pagi-pagi ada yang ketok pintu pagar. Begitu pintu saya buka, berdiri pria paruh baya menawarkan jasa potong pohon. Namanya Pak Saiman. Kebetulan, saya memang sedang mencari tukang untuk memotong dahan agar daunnya tidak menutupi lampu penerangan jalan.

Pak Saiman bukan asli tukang potong taman. Pekerjaan sebenarnya adalah penjual jajanan cilok yang biasa mangkal di depan sekolah, tidak jauh dari kompleks. Hampir enam bulan sekolah tutup karena pengajaran melalui daring. Sehingga, Pak Saiman tidak bisa jualan depan sekolah lagi.

Sewaktu masih jualan di depan sekolah, Pak Saiman bisa menghasilkan uang sekitar Rp 75 ribu per hari. Penghasilan tersebut untuk membiayai ketiga anak dan istrinya. Selama pandemi, dicobanya jualan keliling. Tetapi dagangannya terus menurun. Apalagi sekarang memasuki area penyekatan. Pak Saiman memilih kerja serabutan untuk menghidupi keluarganya.

Baca juga : Solidaritas Rakyat Amarta

“Sekarang waktunya untuk saling menolong dan berbagi, Mo,” sela Petruk terenyuh. Romo Semar mengangguk setuju sambil menghela napas panjang. Semar sedang prihatin melihat perilaku para aparat yang bertindak kasar terhadap pelanggar PPKM. Mereka lupa sebagai pamong gaji dibayar dari uang rakyat.

Seharusnya, seorang pamong bisa ngemong rakyat yang sedang susah seperti sekarang ini. Bukan malah diperlakukan kasar seperti kriminal. PPKM bukan ajang perang Baratayuda untuk memerangi saudara-saudara kita. PPKM harus dijadikan keteladanan pemimpin dalam menegakkan protokol kesehatan bersama masyarakat.

Kopi pahit dan pisang rebus dibiarkan dingin. Romo Semar tidak bernafsu untuk menikmati sarapan paginya. Kepulan asap rokok klobot membawa angannya ke zaman kerajaan Amarta ditinggal Dewi Sri karena perilaku para pangreh praja yang menyimpang.

Baca juga : Ruwatan Pagebluk Sudamala

Kocap Kacarito, Dewi Sri adalah perlambang kemakmuran. Kerajaan yang ditempati Dewi Sri mengalami gemah ripah loh jinawi murah pangan dan sandang. Untuk menjaga agar Dewi Sri betah tinggal di Amarta, para pamong praja harus dekat dengan rakyat. Dekat dalam arti para pamong memperhatikan kesejahteraan rakyat. Selain itu para kawula diingatkan harus bersyukur kepada Hyang Tunggal atas segala kenikmatan yang diterimanya.

Suatu ketika, Dewi Sri murca pergi meninggalkan Amarta. Keadaan Amarta tadinya subur makmur berubah menjadi pagebluk. Para pamong praja telah melupakan para kawula. Sehingga keadaan ekonomi morat-marit. Selain pagebluk, bahaya kelaparan mengancam rakyat Amarta. Para pamong praja tidak lagi peduli kepada rakyatnya. Dalam situasi pagebluk mereka lari untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Melihat keadaan makin parah, Prabu Puntadewa menugaskan Semar untuk memboyong kembali Dewi Sri ke Amarta. Semar setuju, tapi dengan syarat perilaku para pamong harus berubah. Pamong praja harus peduli kepada rakyat bukan ngurus kepentingan pribadinya. Semar mengajak Bambang Priyambodo untuk mencari keberadaan Dewi Sri. Priyambodo adalah anak Arjuna dari perkawinannya dengan bidadari Supraba.

Baca juga : Melawan Virus Rajamala

Semar sengaja memilih Priyambodo sebagai wakil anak muda. Sebagai generasi muda sudah seharusnya diberi tanggung jawab terhadap permasalahan bangsa. Biasanya anak muda kaya dengan inovasi dan teknologi. Terbukti berkat pusaka tombak dan panah pemberian Dewa Indra yang tidak lain kakeknya sendiri. Bambang Priyambada berhasil memboyong kembali Dewi Sri yang sempat bersemayam di kerajaan Jong Biraji. Pagebluk Amarta lenyap dan kembali ke kehidupan normal seiring dengan kembalinya Dewi Sri.

“Saatnya kita bergandeng tangan tidak saling menyalahkan, Mo,” celetuk Petruk membuyarkan lamunan Romo Semar. "Betul, Tole. Pagebluk adalah masalah kita bersama harus kita hadapi bersama. Gotong royong dan saling berbagi dengan tulus akan mempercepat keluar dari pagebluk. Dan perlu diingat “japa mantra” menghadapi pagebluk yaitu tidak ada tempat yang aman sampai semua orang aman," ucap Semar. Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.