Dark/Light Mode

Hasil Studi: Vape Tak Sebabkan Naiknya Angka Perokok

Senin, 4 April 2022 19:23 WIB
Ilustrasi vape. (Foto: Ist)
Ilustrasi vape. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para ahli dari University College London baru-baru ini merilis hasil studi yang menyebut bahwa penggunaan vape di kalangan muda di Inggris tidak berkaitan dengan peningkatan konsumsi rokok konvensional.

studi yang bertajuk "Association of quarterly prevalence of e-cigarette use with ever regular smoking among young adults in England" tersebut menjadi respons terhadap anggapan bahwa produk alternatif menyasar pengguna usia muda, yang dikhawatirkan akan menjembatani mereka untuk menggunakan rokok konvensional.

Fakta yang terjadi, vape justru merupakan jembatan bagi pengguna rokok konvensional menuju berhenti merokok. Dengan menyasar kalangan muda berusia 16-24 tahun, studi ini menjadi yang pertama dengan pendekatan analisis time-series dari kurun waktu 2007 hingga 2018, untuk melihat dampak penggunaan vape terhadap peningkatan angka perokok.

Baca juga : Laskar Ganjar Puan Tolak Presiden Tiga Periode

Menurut ahli dari Department of Behavioural Science and Health, University College London Emma Beard, temuan tersebut penting mengingat adanya pandangan yang berbeda-beda di berbagai negara, terutama dari sisi kesehatan.

Pembuat kebijakan menerbitkan aturan yang termotivasi dari adanya pandangan bahwa vape dinilai menjadi gateway yang menghubungkan penggunanya ke rokok konvensional. Namun, ada juga negara yang menggunakan vape sebagai bagian dari kebijakan berhenti merokok.

Seperti halnya Emma, Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO) Paido Siahaan mengamini adanya perbedaan pandangan yang juga terjadi di Indonesia. Hal tersebut disebabkan belum familiarnya perokok maupun pemerintah dengan produk tembakau alternatif. 

Baca juga : Pengamat Kebijakan Publik: Jangan Takut Naikkan Harga Pertamax

Juga, belum mengetahui manfaat yang diberikan produk untuk mengurangi risiko akibat merokok. Karenanya, diperlukan edukasi dan diseminasi kajian ilmiah.

"Banyak yang menganggap produk ini menjadi jembatan lahirnya perokok-perokok baru. Saya rasa pernyataan ini harus didasarkan pada argumentasi ilmiah, agar tidak menjadi sebuah opini tanpa dasar, karena selama 10 tahun saya di Industri ini, hampir tidak terdengar ada vapers yang menjadi perokok baru," kata Paido, ketika dihubungi, Senin (4/4).

Ia mencontohkan studi kasus di Inggris. Setelah kajian ilmiah dilakukan oleh banyak pihak, akhirnya vape dijadikan alat intervensi oleh pemerintah untuk menurunkan angka perokok di sana.

Baca juga : Di Solo, Leap Telkom Pamerkan Produk Unggulan Ke Jokowi

Bahkan, sambung dia, negeri Union Jack itu akan menjadi negara pertama di dunia yang meresepkan rokok elektrik atau vape berlisensi medis agar membantu mengurangi angka merokok di negaranya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.