Dark/Light Mode

Mayoritas Turis Cari Destinasi Wisata Lewat Internet

Jumat, 23 September 2022 16:01 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Perkembangan teknologi dan informasi berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Terutama dalam mencari destinasi wisata.

Meski masih banyak yang mencari objek wisata melalui cara konvensional tapi sekarang makin banyak yang mencari lewat internet.

Anggota Relawan Edukasi Anti Hoax Indonesia Wildan mengungkapkan, pemasaran pariwisata secara digital telah menjadi tuntutan.

Dibutuhkan kecakapan digital untuk mengoptimalkan dunia digital dalam pengembangan pariwisata di Indonesia.

"Sekarang 70 persen wisatawan mencari informasi tentang destinasi wisata lewat mesin pencari di internet," ujarnya dalam webinar bertajuk “Strategi Pengembangan & Pemasaran Destinasi Pariwisata di Era Digital”, di Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip Jumat (23/9).

Baca juga : Taring Singa Terancam Lepas

Para turis juga cenderung memiliki perilaku praktis. Selain mencari objek wisata dengan internet tapi banyak juga yang pesan, dan bayar lewat online.

“Dibutuhkan strategi jitu dalam hal pemasaran pariwisata berkaca pada perubahan di atas," katanya.

Strateginya adalah bisa dengan mengoptimalkan media massa, membuat website khusus memperluas jaringan, maksimalkan pemasaran di medsos dan memanfaatkan platform digital.

Wildan menambahkan, ekosistem pariwisata digital dibutuhkan untuk mengembangkan tourism 4.0. Platform digital bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendapat peluang dari dunia digital.

Khususnya dari sektor pariwisata. Oleh karena itu, imbuh dia, kecakapan digital sangat dibutuhkan agar peluang tersebut bisa dimaksimalkan sebaik mungkin.

Baca juga : Menpora Apresiasi UICI Jadi Kampus Digital Pertama di Indonesia

Ketua Asosiasi Sales Nasional Indonesia Makassar Hasrul As menguraikan sejumlah tips pemasaran digital di sektor pariwisata tanpa harus melanggar etika di media sosial atau dunia digital.

Menurut dia, konten yang dibuat sebagai materi promosi atau pemasaran sebaiknya tidak melanggar kesusilaan. Hindari pencemaran nama baik atau penghinaan dalam memasarkan destinasi pariwisata. Selain itu, pemasaran juga tidak boleh memasukkan unsur berita bohon (hoaks) atau penyebaran kebencian.

“Konten yang bermanfaat bisa menjadi inspirasi bagi calon wisatawan untuk mengunjungi destinasi tertentu. Oleh karena itu, pemasaran pariwisata secara digital harus dilakukan dengan penuh kebijaksanaan serta sesuai etika yang berlaku,” ujar Hasrul.

Rektor Institute Nitro Makassar M Hatta Alwi Hamu menambahkan, pengembangan pariwisata butuh peran pemuda.

Menurut dia, mengutip sebuah hasil survei, generasi milenial lebih memilih membelanjakan uangnya untuk mendapat pengalaman ketimbang membeli barang.

Baca juga : DPR Apresiasi Kinerja Taspen Kelola Investasi

Hal ini bisa menjadi peluang baru untuk membuat destinasi wisata yang sesuai dengan keinginan pasar, khususnya dari kalangan generasi milenial. Generasi milenial bahkan generasi Z dapat melakukannya dengan membuat konten-konten menarik di media sosial.

"Konten yang dapat mempromosikan destinasi pariwisata yang berkelanjutan, serta bagaimana seorang wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang bertanggung jawab,” tutur Hatta Alwi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.