Dark/Light Mode

Serunya Berkunjung Ke Museum Layang-Layang, Serasa Balik Ke Masa Remaja

Sabtu, 15 Oktober 2022 16:13 WIB
Koleksi layang-layang Presiden Jokowi dan PM India Shri Narendra Modi. (Foto: Marula/RM)
Koleksi layang-layang Presiden Jokowi dan PM India Shri Narendra Modi. (Foto: Marula/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - “Kuambil buluh sebatang

Kupotong sama panjang

Kuraut dan kutimbang dengan benang

Kujadikan layang-layang

Bermain berlari

Bermain layang-layang

Berlari kubawa ke tanah lapang

Hatiku riang dan senang”

Baca juga : Mantan Jenderal Kudu Luwes Saat Sapa Rakyat

Petikan lagu Bermain Layang-Layang menjadi gambaran yang pas untuk saya menikmati masa remaja di tahun 90-an. Bahkan, mungkin juga bagi anak-anak jaman sekarang.

Kerinduan itu bisa sedikit terbayar dengan berkunjung ke museum layang-layang di Jl. H. Kamang No.38, RT.8/RW.10, Pd. Labu, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Sabtu siang, saya, istri dan dua anak perempuan saya berkunjung ke museum layang-layang. Tiket masuknya, Rp 25 ribu buat dewasa, dan Rp 20 ribu buat anak-anak. Tapi, anak kedua saya yang berusia 2,5 tahun masih gratis. Jadi cukup beli tiket total Rp 65 ribu.

Mengawali petualangan di museum, kami menonton video singkat tentang asal usul layang-layang.

“Ada yang bilang dari China. Tapi disalah satu goa di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara ada temuan lukisan goa yang menggambarkan layang-layang. Bisa jadi layang-layang berasal dari Indonesia,” demikian narasi dari tayangan video itu.

Layang-layang menjadi budaya bagi negara-negara di Asia. Seperti di Jepang, layang-layang menjadi tanda kelahiran anak laki-laki. Di Korea dan Malaysia, layang-layang digunakan untuk mengusir roh jahat.

Di Lampung, layang-layang yang dibuat dari daun dijadikan alat untuk memancing ikan. Di Bali, layang-layang menjadi permainan budaya yang sangat menarik wisatawan.

Untuk dunia ilmiah, layang-layang menjadi eksperimen untuk memprediksi cuaca. Layang-layang juga menjadi cikal bakal pesawat terbang modern.

Baca juga : Polri: Berdasarkan Keterangan Ahli, Gas Air Mata Tak Mematikan

Bentuk layang-layang juga berbagai rupa. Ada yang sangat sederhana berbentuk potongan permata. Atau yang sangat ribet berbentuk tiga dimensi. Layang-layang juga bisa menjadi olahraga yang diperlombakan.

Video singkat itu berisi banyak informasi yang membuat saya berkata “wow”. Ternyata layang-layang yang jadi mainan sederhana saat kecil dulu punya banyak cerita dengan perjalanan yang sangat panjang

Buat anak saya yang masih bocah, melihat langsung dan mempraktekkan bermain layang-layang tentu lebih menarik. Apalagi dia belum sekalipun memiliki pengalaman bermain layang-layang.

Perjalanan kami melihat layang-layang dipandu Kris. Pemandu yang masih berusia muda dari Museum Layang-layang. Dengan teliti Kris menginformasikan satu demi satu layang-layang koleksinya.

Di pendopo ada banyak layang-layang berukuran besar bergambar tokoh wayang. Ada Semar, Hanoman, Sadewa dan banyak lagi. Yang menarik dari salah satu sudut pendopo ada layang-layang Jokowi bersanding dengan PM India Shri Narendra Modi. Layang-layang itu berasal dari Jepang. 

Masuk ke ruang koleksi utama, lebih banyak lagi ragam layang-layang. Yang menarik perhatian saya adalah layang-layang dari kulit pisang dan material daur ulang. Ada layang-layang Burung Hantu berukuran besar.

“Semua koleksi layang-layang disini bisa terbang atau pernah terbang,” kata Kris.

Perjalanan kami juga terhenti di showcase dari kaca. Di dalamnya ada layang-layang sangat kecil hanya seukuran ibu jari.

Baca juga : Percasi Gelar Kejuaraan Catur Internasional Di Bali, Diikuti 20 Negara

"Ini mungkin layang-layang terkecil yang ada di Indonesia,” jelasnya.

Mengakhiri perjalanan di museum, kami sampai ke praktek membuat layang-layang. Kris menyediakan kerangka layangan dari bambu dan kertas roti. Juga lem kertas gunting dan crayon. 

Dengan cepat Kris mengajarkan membuat layang-layang.

"Lem bagian depan kerangka tempel kertas dan sisakan seukuran satu jari dari bagian luar kerangka saat menggunting,” jelas Kris.

Kami lem, dan kemudian menggambar layang-layang sesuai imajinasi kami. Bebas sebebas bebasnya menggambar dan mewarnai. Waktunya pun tidak dibatasi. Setelah selesai, Kris memasang benang agar layangan bisa terbang.

Kamipun mempraktekkan terbang sambil berlari kesana kemari supaya layang-layang bisa terbang. Perjalanan singkat ini sangat menarik. Sejenak bisa mengembalikan memori masa kecil dan lari dari kehidupan dewasa.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.