Dark/Light Mode

Waspada! Kerusakan Mata Bisa Dipicu Kondisi Mata Kering

Rabu, 19 Juli 2023 08:55 WIB
Jakarta Eye Center melayani pengobatan dry eye/mata kering. (Foto: Merry Apriyani/Rakyat Merdeka)
Jakarta Eye Center melayani pengobatan dry eye/mata kering. (Foto: Merry Apriyani/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dry eye atau mata kering merupakan kondisi mata yang tidak nyaman, mengganjal, sering merah, berair, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, serta gatal.

Penyembuhan dengan obat dalam beberapa waktu tertentu, bisa saja menimbulkan gejala yang sama di kemudian hari.

"Banyak yang menyepelekan penyakit mata kering atau dry eye. Bukan hanya prevalensinya termasuk tinggi, tetapi juga karena penderitanya tidak mengalami gejala yang mengganggu secara signifikan," jelas Dokter Spesialis Mata dan Ketua Contact Lens Service Jakarta Eye Hospitals and Clinics (JEC) Tri Rahayu dalam keterangannya, Selasa (18/7).

Tri melanjutkan, mata kering yang tak tertangani dengan baik mengakibatkan penurunan kualitas hidup lantaran penderitanya tidak dapat beraktivitas dengan optimal, dan menjadi bergantung pada obat-obatan.

Baca juga : Menteri Basuki Tinjau Dampak Kerusakan Bencana Banjir Lahar Dingin Semeru

Bahkan, jika dibiarkan bisa merusak permukaan mata akibat peradangan atau infeksi. Kerusakannya bisa tergolong ringan sampai berat, dan berlangsung temporer maupun permanen.

"Bersifat multifaktorial, dry eye ini penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata, disertai berbagai gejala," ujar Tri.

Menurut Tri, adanya ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.

Sementara, prevalensi mata kering di Indonesia berada pada rentang 27,5 persen hingga 30,6 persen. Diperkirakan rasio tersebut bisa terus bertambah.

Baca juga : PM Belanda Mundur, Pemerintahan Bubar

Lebih-lebih mendapati bahwa screen time orang Indonesia 7 jam 42 menit per hari, lebih tinggi dari rata-rata global (6 jam 37 menit). Padahal, terlalu lama menatap layar elektronik merupakan salah satu penyebab utama mata kering.

Tri mengatakan, timbulnya gejala saja tidak cukup dalam menilai seseorang terkena dry eye atau tidak. Berdasarkan temuan kami di JEC, hanya 60 persen pasien dry eye yang memiliki gejala.

"Artinya, lebih dari sepertiga pasien tidak bergejala dan tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami dry eye, yaitu sekitar 37 persen,” lanjut Tri.

Dari sisi faktor risiko, beberapa golongan meningkatkan potensi terserang dry eye. Mereka yang berusia 50 tahun ke atas, khususnya pascamenapause, penggunaan lensa kontak, polusi, udara, deby, terkena asap rokok hingga terlalu lama menatap layar gawai.

Baca juga : Mahfud Cerita, Sempat Dicap Menteri Pembohong

Bahkan, mata kering juga juga bisa menyerang bagi mereka yang memiliki riwayat operasi atau penyakit mata lain, penggunaan obat untuk penyakit tertentu, hingga penderita penyakit metabolisme seperti diabetes melitus.

"Sebagai gangguan mata kronis, dry eye membutuhkan penanganan jangka panjang. Terapinya pun sangat bervariasi tergantung keluhan, mekanisme penyebab, dan derajat dry eye yang dialami penderita," tambah Dokter Spesialis Mata dan Ketua Dry Eye Service JEC Nina Asrini Noor.

Sekadar informasi, pasien dry eye di JEC melonjak 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Empat tahun terakhir, JEC menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.