Dark/Light Mode

Orang Tua Sulit Tentukan Depresi Pada Remaja

Jumat, 22 November 2019 19:13 WIB
Orang Tua Sulit Tentukan Depresi Pada Remaja

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebuah penelian menyebutkan, dua per tiga orang tua yang menjadi responden penelitian, berjuang untuk menemukan tanda-tanda depresi pada anak-anak mereka.

Menurut penelitian yang dilakukan  University of Michigan di Amerika Serikat, sebanyak 40 persen orang tua berjuang untuk membedakan antara perubahan suasana hati yang normal dan depresi.

Survei dilakukan pada 819 orang tua yang anaknya di sekolah menengah pertama dan atas. Sebanyak 30 persen orang tua percaya anak-anak mereka pandai menyembunyikan perasaan mereka.

Baca juga : Ayah Berpulang, Bautista Agut Pamit Dari Piala Davis

Akan tetapi, sepertiga dari mereka bersikeras bahwa tidak ada yang akan mengganggu kemampuan mereka untuk mengenali tanda-tanda depresi pada anak mereka.

Meskipun demikian, mayoritas ibu dan ayah mengatakan mereka yakin akan mengenali jika anak mereka mengalami depresi. Sebagian besar mengakui bahwa ada hambatan untuk menemukan gejala tertentu dari depresi.

“Di banyak keluarga, tahun-tahun praremaja dan remaja membawa perubahan dramatis dalam perilaku remaja dan dalam dinamika antara orang tua dan anak-anak. Transisi ini dapat membuatnya menjadi sangat menantang untuk membaca keadaan emosi anak-anak dan apakah ada kemungkinan depresi,” kata wakil direktur penelitian, Profesor Sarah Clark, dilansir AFP.

Baca juga : Hanura Segera Tentukan Sikap Pasca Pemilu 2019

Menurutnya, beberapa orang tua mungkin melebih-lebihkan kemampuan mereka untuk mengenali depresi dalam suasana hati dan perilaku anak mereka sendiri. Sementara, orang tua yang terlalu percaya diri mungkin gagal menangkap sinyal halus bahwa ada sesuatu yang salah. 

Penelitian itu juga menunjukkan, depresi adalah topik yang umum bagi anak sekolah saat ini. Satu dari empat orang tua mengatakan, anak mereka mengenal depresi dari teman sekelas atau teman sebaya. Lalu, satu dari sepuluh menambahkan bahwa anak mereka mengenal seseorang yang telah melakukan bunuh diri.

Para peneliti juga mencatat bahwa tingkat bunuh diri remaja terus meningkat di antara orang berusia 10 hingga 24 tahun. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, angka bunuh diri meningkat 56 persen di antara kelompok ini antara 2007 dan 2017.

Baca juga : Jokowi Terima Surat Kepercayaan Dari 14 Negara Sahabat

"Laporan kami menegaskan bahwa depresi bukanlah konsep abstrak untuk remaja dan praremaja hari ini, atau orang tua mereka. Tingkat keakraban dengan depresi dan bunuh diri ini konsisten dengan statistik terbaru yang menunjukkan peningkatan dramatis dalam bunuh diri di kalangan pemuda AS selama dekade terakhir,” kata Prof Clark.

Ia menambahkan, meningkatnya tingkat bunuh diri, membuat penting bagi orang tua untuk mengenali depresi pada anaknya. Orang tua harus tetap waspada melihat tanda-tanda potensi depresi pada anak-anak mereka, katanya, menunjuk pada kesedihan, keterasingan, kemarahan, dan sifat mudah tersinggung sebagai indikator utama.[MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.