Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kena Aliran Massa Dingin Australia, Embun di Dieng Membeku

Selasa, 25 Juni 2019 11:56 WIB
Wisatawan menikmati embun beku yang muncul akibat penurunan suhu hingga minus tujuh derajat celcius di Kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (25/6). (Foto: Antara)
Wisatawan menikmati embun beku yang muncul akibat penurunan suhu hingga minus tujuh derajat celcius di Kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (25/6). (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Embun beku yang muncul akibat penurunan suhu ekstrem hingga di bawah nol derajat celcius di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, dilaporkan telah terjadi sebanyak sepuluh kali sejak pertengahan Mei 2019 dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Suhu dingin yang membekukan embun di wilayah itu berasal dari aliran massa udara, atau monsun dingin dan kering dari wilayah Benua Australia. "Kejadian kondisi suhu dingin tersebut merupakan fenomena yang normal," kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) R Mulyono R Prabowo dalam keterangan persnya, Selasa (25/6).

Secara klimatologis, monsun dingin Australia yang umumnya merupakan periode puncak musim kemarau di wilayah Indonesia selatan ekuator, aktif pada Juni, Juli, dan Agustus. Desakan aliran udara kering dan dingin dari Australia menyebabkan udara lebih dingin, terutama pada malam hari dan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan.

Baca juga : HK Metals Utama Bidik Ekspansi Bisnis Ke Australia Dan Kanada

"Kondisi musim kemarau dengan cuaca cerah dan atmosfer dengan tutupan awan sedikit di sekitar wilayah Jawa-Nusa Tenggara, dapat memaksimalkan pancaran panas bumi ke atmosfer pada malam hari. Sehingga, suhu permukaan bumi akan lebih rendah dan lebih dingin dari biasanya," terang Mulyono.

Kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi saat musim hujan atau peralihan, ketika kandungan uap air di atmosfer cukup banyak karena banyaknya pertumbuhan awan dan atmosfer menjadi semacam "reservoir panas". Sehingga, suhu udara permukaan bumi lebih hangat.

Berdasarkan pengamatan BMKG, dalam sepekan terakhir suhu udara lebih rendah dari 15 derajat Celsius tercatat meliputi wilayah seperti Frans Sales Lega (Nusa Tenggara Timur) dan Tretes (Pasuruan).

Baca juga : KPU Siapkan Saksi Ahli di Sidang Besok

Suhu di Frans Sales Lega bahkan sampai serendah 9,2 derajat Celsius pada 15 Juni 2019. Suhu dingin akan lebih terasa dampaknya di wilayah dataran tinggi seperti Dieng dan daerah pegunungan lain tempat kondisi ekstrem, dapat menyebabkan terbentuknya embun beku.

Menurut prakiraan, suhu dingin dapat berlangsung selama periode puncak musim kemarau, Juni-Juli-Agustus, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara. [HES]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.