Dark/Light Mode

Mobilitas Warga Pengaruhi Kualitas Udara Jakarta

Kamis, 30 April 2020 19:26 WIB
Mobilitas Warga Pengaruhi Kualitas Udara Jakarta

RM.id  Rakyat Merdeka - Meski dalam perhitungan masih menunjukkan naik-turun, kualitas udara Jakarta secara umum mengalami perbaikan belakangan ini. Penerapan berkegiatan di rumah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sedikit banyak berpengaruh terhadap kualitas udara. 

Dari berbagai indikator dan perhitungan, berbagai pihak menyebutkan, yang signifikan mempengaruhi kualitas udara Jakarta dan sekitarnya adalah kendaraan umum dan pribadi. 

“Kendaraan bermotor memang faktor nomor satu. Dan berhentinya pabrik (sementara) bisa berpengaruh juga ke kualitas udara Jakarta,” tutur Kepala Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Suradi, Kamis (30/4).

Suradi menjelaskan, secara umum sejak awal berkegiatan di rumah, hingga dua pekan setelahnya dan awal Ramadhan ini, terlihat ada perbaikan kualitas udara.

Sayangnya, geliat masyarakat yang melakukan panic buying dengan mobilitas warga yang kembali tinggi sempat menyebabkan polusi kembali terlihat meningkat di awal PSBB.   

Baca juga : Pasar Mitra Tani Penuhi Kebutuhan Pangan Masyarakat Kalteng dan Riau

Di saat yang sama, ada juga pengaruh tidak turunnya hujan dalam beberapa waktu akan membuat kualitas udara memburuk. 

Hingga memasuki pekan pertama Ramadhan, indikator kualitas udara masih menunjukkan angka yang naik turun di kategori Baik (0-50 mikrogram per meter kubik) dan Sedang (51-150 mikrogram per meter kubik).  

PLTU Tetap Beroperasi

BMKG juga menganalisa faktor angin. Dari analisa ini, tidak adanya pengaruh dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kawasan Banten atau sisi barat Jakarta. Seperti diketahui, PLTU tetap beroperasi maksimal saat ini demi menjamin pasokan listrik di Jakarta lancar selama pandemi dan PSBB ini. 

“PLTU justru nggak pengaruh. Kita perlu lihat juga bandingannya dengan April 2019, jika dibandingkan tahun lalu, kualitas udara Jakarta April tahun ini justru membaik,” jelasnya.

Baca juga : Brunei Airlines Bawa WNI Dan PMI Balik Ke Jakarta

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dasrul Chaniago juga mengakui, banyak pertanyaan tentang dampak PSBB terhadap kualitas udara ambien Jakarta. Untuk menjelaskan hal ini tidak bisa membandingkan bulan ke bulan, misalnya dari Januari sampai April.

“Karena kualitas udara dipengaruhi oleh banyak hal. Antara lain arah angin, kecepatan angin, bentang alam dan tentunya yang utama adalah sumber emisi setempat,” katanya.

Dasrul mengatakan, jika ingin membandingkan data bulan April 2020, maka bisa dilihat kualitas udara periode yang sama tahun lalu atau year on year. Ia mewanti-wanti tidak bisa dengan mudahnya sembarang pihak menuding faktor tertentu sebagai pencemar. Dari analisa alat pengukur, KLHK sama dengan BMKG melihat ada perbaikan kualias udara Jakarta dan sekitarnya.

Sementara, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Prof Haryoto Kusnoputranto melihat cuaca udara di Jakarta selama diberlakukannya PSBB sudah cukup membaik. Indikator awam adalah langit yang kelihatan lebih biru.  

Haryoto setuju dengan Suradi, penyumbang polusi udara di Jakarta paling besar oleh kendaraan bermotor. Ada sekitar 65 persen sampai 70 persen  polusi disebabkan kendaraan bermotor.

Baca juga : Apresiasi Larangan Mudik, MPR Minta Pemerintah Penuhi Kebutuhan Masyarakat

Dia menepis, jika PLTU dijadikan sebagai faktor penyumbang polusi udara di Jakarta. Menurut dia, ada dua yang menjadi sumber cuaca udara di Jakarta buruk.

“Pertama sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Sumber bergerak itu kendaraan bermotor, menyumbang sekitar 65-70 persen. Tidak bergerak itu ada industri dan sebagainya. Sumbernya hanya itu. Jadi kalau kendaraan bermotor tidak ada, saya yakin udara bersih dan sehat,” tegasnya.

Sedang untuk mengukur kualitas udara,  ada istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). 

“ISPU itu kita bisa mengukur apakah kondisi udara saat ini sehat (baik), sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya. Ada 5 polutan yang bisa dipegang jadi parameter, yaitu partikel debu (PM10), karbon monooksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan Ozon Permukaan (O3),” kata Haryoto. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.