Dark/Light Mode

Jalanan Macet Lagi, Stasiun Bejubel Lagi

Celaka Kalau Berpikir Corona Sudah Wassalam

Selasa, 9 Juni 2020 05:36 WIB
Tampak kepadatan sejumlah kendaraan bermotor saat Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di Jalan Sudirman-Thamrin Jakarta, Senin (8/6). (Foto: Dwi Pambudo/RM)
Tampak kepadatan sejumlah kendaraan bermotor saat Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di Jalan Sudirman-Thamrin Jakarta, Senin (8/6). (Foto: Dwi Pambudo/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejak status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berganti jadi transisi pada Jumat pekan lalu, aktivitas di ibu kota kembali ke “asal”. Pada hari pertama kantor dibuka, kemarin, jalanan kembali macet. Stasiun kereta kembali padat. Penumpang di halte Transjakarta juga berjejalan. Semoga saja warga tetap waspada. Sebab, celaka besar kalau berpikir corona sudah wassalam.

Kemarin pagi, sejumlah ruas jalan mengalami kepadatan dan kemacetan. Terlihat kendaraan roda dua maupun empat memadati jalanan. Potret kemacetan itu bertebaran di Twitter dan Instagram. Salah satunya @jktinfo. Beberapa ruas jalan yang mengalami kemacetan di antaranya di depan RS Pondok Indah, Jatinegara, Cililitan, Cawang, Tanjung Barat, dan Kampung Melayu.

Tol Dalam Kota juga padat. PT Jasa Marga sampai kembali memberlakukan rekayasa lalu lintas contraflow atau lawan arah untuk mengurai kepadatan. Antrean kendaraan mengular di sekitar pintu masuk Tol Cawang. "Atas diskresi Kepolisian, contraflow Tol Dalam Kota dari KM00+200 sampai dengan KM08+100 sudah dimulai hari ini sejak pukul 06.00 WIB," ujar Corporate Communications Department Head PT Jasa Marga (Persero) Irra Susiyanti, kemarin.

Pada jam pulang kerja juga sama. Kemacetan terjadi di ruas-ruas utama. Jalan menuju keluar Jakarta, seperti arah Bekasi, Tangerang, dan Depok, padat.

Baca juga : Melani dan Ali Berikan Bantuan Untuk Warga Korban Kebakaran

Stasiun KRL juga dipadati manusia. Banyak warganet yang memposting foto membludaknya para calon penumpang. Sebagian lain mencuit soal situasinya. Di Stasiun Rangkasbitung dan Bogor misalnya, antrean menuju pintu masuk tampak mengular panjang. Calon penumpang memang bermasker, tapi tidak saling jaga jarak. Antrean juga membludak ketika hendak masuk gerbong kereta. Soalnya, per gerbong dibatasi hanya 60 orang.

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat, jumlah penumpang KRL dalam 6 jam mencapai 150 ribu orang. Juru Bicara PT KCI Anne Purba mengatakan, jumlah penumpang KRL pada pukul 04.00 WIB hingga 10.00 WIB itu hampir dua kali lipat dari jumlah pada masa PSBB di Jabodetabek, yang hanya rata-rata sekitar 80 ribu pengguna setiap harinya.

Kemarin, PT KCI mulai mengoperasikan 935 perjalanan KRL. Jumlah itu bertambah 161 perjalanan dibanding frekuensi perjalanan KRL pada masa PSBB sebelumnya. Untuk jumlah penumpang, PT KCI sebenarnya hanya membolehkan 35-40 persen dari kapasitas. Kenyataannya, dari foto-foto yang beredar, di dalam gerbong para penumpang, khususnya yang berdiri, tak saling berjarak.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat meninjau Terowongan di Jalan Kendal, Jakarta Pusat. Anies memantau situasi di luar Stasiun Sudirman dan Stasiun MRT Dukuh Atas pada pukul 07.50 pagi.

Baca juga : Ini Alasan Kenapa Pergi Ke Salon Berbahaya Di Masa Pandemi Corona

Saat itu, di Stasiun Sudirman, cukup banyak orang. Tapi tak sampai membludak. Sementara di MRT, relatif sepi. "Pagi hari ini kami memantau di berbagai kawasan di Jakarta karena kita tahu ini adalah masih masa PSBB," ujarnya. Anies menyatakan, pada hari pertama transisi, jumlah penumpang kendaraan umum masih amat rendah. Masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi.

Meski begitu, terlihat penumpukan penumpang transportasi umum di beberapa halte Transjakarta, seperti Halte Cikokol dan Stasiun Cawang. Anies menyebut, bakal mengevaluasi sejumlah titik yang menimbulkan penumpukan penumpang. Terutama, di tempat transit bus.

"Kalau di halte yang mengantre ke luar, itu bisa dikelola di luar. Tapi, perpindahan antar-bus, biasanya tempatnya lebih padat. Tapi, tim dari Transjakarta sudah menyiapkan juga untuk mekanismenya," ucapnya.

Anies juga meminta warga selalu taat mematuhi protokol kesehatan agar bisa memutus rantai penularan Covid-19. Beberapa di antaranya, dengan menggunakan masker dan menjaga jarak. Dia mengingatkan, pandemi corona di Ibu Kota belum berakhir meski telah terjadi penurunan kasus. "Wabah di Jakarta belum selesai," wanti-wantinya.

Baca juga : Ini Sih Abnormal Bukan New Normal

Minggu (7/6) malam, Anies juga sempat mengingatkan lewat akun Instagramnya, corona belum wassalam. Dia menyebut, Jakarta belum bebas Covid-19. Seluruh Jakarta masih berpotensi penularan. "Karena itu, jangan menganggap bahwa Jakarta sudah aman. Potensi penularan itu masih ada," tulis Anies.

Bila masyarakat tidak disiplin dan tidak menaati protokol kesehatan, bisa dengan mudah dan bisa dengan cepat kondisi seperti bulan Maret dan April berulang di Jakarta. "Kita tidak ingin kembali ke belakang. Kembali ke masa pembatasan sosial ketat lagi," imbuh eks Mendikbud ini.

Anies pun menyatakan bakal mengerahkan petugas untuk terus mengawasi warga agar mematuhi protokol kesehatan. Ia mengancam bakal menjatuhi sanksi denda Rp 250 ribu bagi warga yang keluar rumah tidak menggunakan masker. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.