Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Bencana Mengintai Warga
Pos Pemadam Kebakaran dan Personel Masih Jauh Dari Jumlah Yang Ideal
Kamis, 27 Agustus 2020 06:29 WIB
Sebelumnya
Hidran Masih Kurang
Kepala Dinas Gulkarmat Provinsi DKI, Satriadi Gunawan membeberkan, jumlah kebakaran pada empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada 2016, jumlah kebakaran sebanyak 1.171 kejadian.
Tahun 2017 naik sekitar 25 persen menjadi 1.471 kejadian. Pada 2018 sebanyak 1.751 kejadian atau naik 19 persen dari tahun 2017, setra pada 2019 sebanyak 2.183 kejadian atau naik 24 persen.
“Kami bertekad meningkatkan pelayanan kepada masyarakat bukan hanya pelayanan pemadaman kebakaran saja, tetapi juga penanganan bencana lain, termasuk penanganan binatang liar dan penyelamatan perorangan,” kata Satriadi.
Baca juga : Perjalanan MRT Jakarta Aman Terkendali
Terkait penyelamatan yang dilakukan Dinas Gulkarmat tidak hanya di Jakarta, tetapi juga memberikan bantuan penanganan pasca bencana di berbagai daerah di Indonesia. Bantuan tersebut berupa peralatan dan personel.
Satriadi menambahkan, hidran kota di Jakarta belum mencapai jumlah yang ideal untuk mengantisipasi kebakaran. Standarnya, tiap 200 meter, harus ada hidran. “Kalau bicara standarisasi, harusnya jarak antara titik hidran 200 meter. Jumlah hidran kita saat ini 1.347 buah,” ujar Satriadi.
Luas Jakarta 662.000 meter per segi. Berarti, masih butuh 1.963 hidran lagi. Namun, kata Satriadi, keberadaan hidran di Jakarta sangat tergantung pada penyedia air bersih seperti Aetra, Palyja dan PAM. Pasalnya, saluran hidran di Jakarta masih bergabung dengan saluran air bersih untuk masyarakat.
“Beberapa lokasi kan pasti ada yang tidak terlewati atau tidak terjangkau Aetra, Palyja dan PAM. Kalau luar negeri, antara saluran air bersih masyarakat dengan saluran hidran kebakaran, beda salurannya. Kalau kita masih jadi satu,” jelas dia.
Meski begitu, kata Satriadi, hidran bukanlah satu-satunya sarana Pemprov DKI dalam menangani kebakaran di Jakarta. Pihaknya memiliki sejumlah sarana dan cara alternatif dalam menanggulangi kebakaran.
“Ada alternatif lain, kita bisa memanfaatkan sumber-sumber air alam, seperti air di got, kali- kali, sungai dan danau, bukan hanya mengandalkan hidran kota. Kolam renang pun, kalau bisa kita gunakan juga. Ada 13 sungai dengan kali atau got-got yang bisa kita manfaatkan,” ungkapnya.
Selain memanfaatkan sumber air alam, lanjut dia, pihaknya terus mengadakan hidran mandiri khususnya untuk di daerah-daerah rawan kebakaran atau pemukiman padat. Saat ini, kata dia, Pemprov DKI telah menyediakan hidran mandiri di 18 titik dan akan terus diperbanyak ke depannya.
Komponen hidran mandiri ini antara lain, sumber air berasal dari tandon, seperti kolam penampungan air di bawah tanah, pompa air, kotak hidran, pipa bawah tanah, selang, dan pipa semprot.
Baca juga : Soal Menjaga Ketahanan Pangan, Lihatlah Selandia Baru
“Nanti masyarakat ada yang bisa mengoperasikannya. Jadi, kita beri sarana prasarananya, beri selangnya, pompa airnya, pipa semprotnya, sehingga masyarakat mudah menggunakan hidran mandiri untuk memadamkan kebakaran. Jadi, hidran mandiri menjadi pertolongan pertama,” terang dia.
Pihaknya mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam mencegah, mengantisipasi, dan menanggulangi kebakaran. [MRA]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya