Dark/Light Mode

Covid-19 Ngamuk Di Ibukota

Anies Kudu Tarik Rem Darurat Lagi

Rabu, 2 Desember 2020 05:14 WIB
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan sosialisasi protokol kesehatan Covid-19 di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (30/11). (Foto : Rakyat Merdeka/Dwi Pambudo)
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan sosialisasi protokol kesehatan Covid-19 di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (30/11). (Foto : Rakyat Merdeka/Dwi Pambudo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kasus positif Corona melonjak tajam. Untuk mengerem penyebaran virus tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perlu mempertimbangkan untuk menarik kembali rem darurat alias kembali ke pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kepala Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono menilai, lonjakan kasus Corona belakangan ini antara lain imbas dari kekeliruan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang buru-buru membuka pembatasan.

Menurutnya, PSBB Transisi belum patut diberlakukan selama penambahan kasus belum turun di bawah setengahnya. “Kalau sudah begini, sebaiknya kembali lagi pengetatan PSBB (tarik rem darurat). Jakarta belum siap transisi, belum siap dibuka, jadinya meledak seperti ini,” kata Tri Yunis kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Vaksin Covid-19 Mau Dirilis, Rupiah Naik Tipis

Tri menyebutkan ledakan kasus positif Covid-19 akhir November ini disebabkan tiga faktor. Yakni: libur panjang akhir Oktober, kerumunan penjemputan dan acara Rizieq Shihab, dan prosesi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Miko mengingatkan, jika tak ada evaluasi dan perubahan kebijakan yang drastis, maka pandemi akan semakin parah. Dan, pasien akan membludak memenuhi ruang isolasi dan perawatan RS.

“Itulah mengapa, Jawa Tengah merah. Jawa Timur mulai meningkat lagi. Saya tak bisa membayangkan usai Pilkada 9 Desember dan libur akhir tahun, nanti. Kurva akan meningkat,” ingatnya.

Baca juga : Covid Meningkat, Ruang Isolasi di Kota Bandung Hampir Penuh

Jumlah kasus konfirmasi positif harian nasional pecahkan rekor baru. Yakni, di atas 5.000-an. Pada 25 November 2020 yakni sebanyak 5.534 kasus, 27 November 5.828 kasus, 28 November turun menjadi 5.418 kasus. Angka kembali pecah pada 29 November, yakni 6.267 kasus.

Senin 30 November, turun menjadi 4.617 kasus. Jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia per Senin (30/11) mencapai 538.883. Dari kasus kenaikan pasien Corona, Jawa Tengah dan DKI Jakarta menjadi penyumbang terbesar.

Kepala Sekretariat Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Kolonel Laut dr. Tjahja Nurobi menyebutkan, pada Senin 30/11), ada 3.446 pasien yang tengah dirawat atau menjalani isolasi mandiri diRSD Wisma Atlet. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan data 1 November lalu.

Baca juga : Penanganan Covid-19 Indonesia Lebih Baik Dari Rata-rata Dunia

Saat itu, cuma ada 1.919 pasien Covid-19 yang mengisi empat tower di RSD Wisma Atlet. Nurobi khawatir peningkatan pasien dalam jumlah besar dan dalam waktu relatif singkat. Jika pasien terus melonjak, bisa-bisa RSD Wisma Atlet kepenuhan.

“Mudah-mudahan, kita berdoa trennya tidak bertambah tinggi, tapi bisa melandai. Kalau dengan tren seperti ini, kami takutkan nanti akan timbul semacam luapan,” kata Nurobi dalam dialog yang disiarkan di YouTube BNPB.

Dia menyebutkan, RSD Wisma Atlet masih dalam batas aman. Sebab, empat tower Wisma Atlet mampu menampung hingga 5.994 pasien. Artinya, kini masih ada 2.500 kasur yang tersisa. Dipaparkannya, Tower 5 yang menjadi lokasi isolasi mandiri terisi 80 persen. Tower 4,6, dan 7 yang digunakan sebagai Rumah Sakit Darurat terisi 50 persen.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.