Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga cabe yang terus menanjak. Saat ini, di sejumlah pasar tembus Rp 100 ribu per kilogram (kg).
Pelaksana tugas (Plt) Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati mengaku, sudah berkoordinasi dengan dengan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian untuk menekan harga cabe.
“Kami minta agar dilakukan perpanjangan operasi pasar cabe murah,” kata Suharini, di Jakarta, kemarin.
Operasi pasar, lanjutnya, perlu dilakukan untuk menekan harga cabe di pasar. Berdasarkan data situs Info Pangan Jakarta, harga cabe terpantau naik. Untuk cabe rawit merah harganya berkisar antara Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu per kg. Di pasar tradisional, harganya lebih tinggi lagi. Di Pasar tebet Barat misalnya. Harganya cabe rawit tembus Rp 100 ribu per kg.
Mahalnya harga cabe, papar Suharini, karena pasokan berkurang karena faktor cuaca. Di daerah penghasil cabe, hujan membuat petani gagal panen. “Petani tidak memetik sehingga pasokan ke Jakarta berkurang,” kata Suharini.
Harga cabe di tingkat grosir juga tinggi sekitar Rp 68 ribu per kg. Cabe di pasar tradisional di wilayah Jakarta dipasok dari tiga pasar induk, yakni Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Cibitung, dan Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang.
Baca juga : Kementan: Kenaikan Harga Cabe Hanya Sementara
“Target sasaran kita operasi pasar di pasarpasar yang notabene harganya tinggi tadi. Kalau harga masih Rp 60 ribu kita tidak operasi pasar,” sambungnya.
Selain itu, Dinas KPKP DKI Jakarta akan menggandeng Perusahaan Daerah Pasar Jaya akan menggunakan mesin penyimpan atau Controlled Atmosphere Storage (CAS) untuk mengendalikan harga cabe di Ibu Kota.
“Perumda Pasar Jaya punya mesin CAS, tahun 2021 ini kita optimalkan penggunaannya, supaya kenaikan harga cabe tidak berulang setiap tahun,” katanya.
Mesin CAS yang ada di sejumlah pasar di bawah pengelolaan Perumda Pasar Jaya diisi dengan cabe rawit dan bawang merah. Mesin ini mampu menyimpan cabe rawit dan bawang merah dengan umur simpan hingga lima bulan.
“Tidak semua jenis cabe yang bisa disimpan di mesin CAS. Hanya cabe rawit dan bawang merah saja,” imbuhnya.
Penggunaan mesin CAS telah dilakukan oleh Perumda Pasar Jaya. Mesin tersebut terdapat di Pasar Induk Kramatjati dan sejumlah pasar tradisional lainnya. Pada tahun 2020, penggunaan mesin CAS untuk penyimpanan cabe pernah dilakukan.
Baca juga : Dukung Karir Pelatih, PSSI Bakal Mendata Penyetaraan Lisensi
“Tahun lalu pernah kita keluarkan untuk operasi pasar cabe, hanya saja harganya masih tinggi Rp 75 ribu, sedangkan cabe di Kementerian Pertanian bisa Rp 55 ribu,” terangnya.
Terjadinya perbedaan harga ini dikarenakan pengoperasian mesin CAS untuk menyimpan pasokan cabe dan bawang mem butuhkan biaya tinggi.
Kepala Pasar Induk Kramat Jati, Agus Lamun mengatakan, kenaikan harga cabe rawit merah itu dipengaruhi pasokan cabe yang mulai menipis.
“Ini karena lebih kepada pengaruh cuaca yang menyebabkan terkendalanya proses pemetikan di petani, sehingga pasokan sangat sedikit dan berdampak pada harga perolehan yang juga tinggi di daerah,” jelas agus.
Dia mengungkapkan, stok cabe rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati berkisar 22 ton. Untuk stok cabe rawit hijau adalah 3 ton. Dan, cabe merah keriting adalah 28 ton dan cabe merah besar 7 ton.
“Sejauh ini stok kita untuk di Jakarta sampai hari ini masih relatif aman. Berdoa saja semoga kondisi cuaca kembali normal dan petani juga bisa panen dengan banyak, sehingga pasokan dan harga kembali normal,” ujar Agus.
Baca juga : Cedera Lagi, Harry Kane Bakal Rehat Panjang
Mulai Panen Raya
Ketua umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri memprediksi, harga cabe rawit merah akan kembali normal pada Februari 2021 sebab sekarang mulai panen raya.
“Saya punya keyakinan Februari baru pada posisi normal, karena panen raya juga akan terjadi akhir bulan ini kan kalau tidak salah,” sebutnya.
Menurut Abdullah, cabe rawit merah merupakan cabe yang naiknya di luar dugaan. “Ada juga yang menjual dengan cara dioplos, dicampur dengan cabe rawit hijau. Itu adalah caracara yang dilakukan pedagang dalam rangka untuk menyuguhkan agar harganya tetap terkendali,” sambungnya.
Dia menerangkan, harga cabe rawit merah tinggi dikarenakan pasokannya minim. Para petani tidak memproduksi atau tidak menanam cabe rawit merah. Ini kasusnya terjadi pada saat periode panen raya kemarin, lantaran tidak terserap dengan baik dan harganya drop.
“Sehingga petani tidak produksi lagi. Banyak faktor salah satunya yaitu musim hujan terus, takut gagal panen, daya beli masyarakat menurun,” ujar Abdullah. [OSP]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya