Dark/Light Mode

Pasuruan Punya Potensi 3 Ribu Hektare Lahan Bawang Putih

Sabtu, 11 Mei 2019 14:04 WIB
Lahan bawang putih di Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Pasuruan, Jawa Timur. (Foto: Humas Kementan)
Lahan bawang putih di Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Pasuruan, Jawa Timur. (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) kian optimis Indonesia dapat memenuhi kebutuhan bawang putih nasional alias  swasembada di 2021. Pasalnya, beberapa daerah di Indonesia cocok untuk melakukan budidaya bawang putih. Salah satunya Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Kabag Produksi Hortikultura dan Perkebunan Pasuruan Dodi Setiawan mengatakan, wilayahnya memiliki sekitar 3.000 hektare lahan yang cocok untuk bawang putih. Pasuruan memang dulunya sentra produksi bawang putih. 

Mulai 2019, petani menanam kembali karena harga dan kebijakan pemerintah yang benar-benar mendukung. Kecamatan Tutur dan Tosari merupakan wilayah pengembangan di Pasuruan. "Lahan kami, yang biasa ditanam kentang, supaya tidak terus menerus, bawang putih bisa jadi alternatif. Di Kecamatan Tutur sudah 100 hektare ditanami bawang putih. Penanaman ini dilakukan importir dari kewajiban tanamannya 5 persen," ujar Dodi, di Pasuruan, Sabtu (11/5).

Baca juga : Terdakwa Protes Divonis Lebih Berat, Hakim Sarankan Banding

Menurut Dodi, sudah ada lima importir yang sudah melakukan wajib tanam. Hal itu pun mendapat dukungan dari petani guna melakukan rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan lahan. "Petani juga semangat karena harga bawang putih saat ini sangat menguntungkan petani," ujarnya.

Salah seorang petani bawang putih Bu Suyi (55) mengatakan, pada Februari 2019 menanam bawang putih, bermitra dengan salah satu importir. Ia menanam bawang putih sekitar 3.450 meter persegi dan ditargetkan panen Juni.

"Tahun ini kami masih menanam sedikit karena takut rugi. Sekarang ini bawangnya agak bagus, buahnya agak besar. Saya lumayan puas. Nanti nanam lagi satu hektare," kata Bu Suyi, di lahan bawang putihnya di Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Pasuruan.

Baca juga : Pertama di Banten, Punya Akta Kelahiran Braille

Bu Suyi menjelaskan, produksi bawang putih di lahanya baru mampu menghasilkan delapan ton per hektare. Namun, bisa meningkat menjadi 15 sampai 20 ton per hektare jika penanganannya maksimal. "Karena ini kerja sama dengan perusahaan (importir), hasil panennya nanti dibelinya dengan harga Rp 15.000 per kilogram," jelasnya.

Dari pihak importir, Cahyono mengatakan  harga Rp 15.000 per kilogram itu bukan kondisi basah, tapi kondisi mamel (posisi setengah kering), yang sudah dijemur sekitar 10 hingga 15 hari. "Kalo posisi basah cabut itu kita hargai sekitar Rp 11.700 per kilogram. Soal kerja sama kita 30-70 setelah pengembalian bibit. Jadi bibit kita kasih , tapi tidak sepenuhnya dari perusahaan," ujarnya.

Cahyono mengaku, di 2019 mendapat kewajiban tanam bawang putih dari Kementan seluas 150 hektare. Namun penanaman baru terealisasi seluas 21 hektare. "Kami terus perluas lahan penanaman bawang putih. Petani di wilayah Tutur ini sangat antusias, jadi kami optimis bisa bantu pemerintah wujudkan swasembada," sambung dia. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.