Dark/Light Mode

Kisah John Lobo, Guru Katolik Yang Ikut Bangun Masjid Di Mojokerto

Senin, 22 November 2021 18:08 WIB
John Lobo (berkaus hitam) turut serta melakukan kerja bakti pembangunan masjid. (Foto: Dok. Kemenag)
John Lobo (berkaus hitam) turut serta melakukan kerja bakti pembangunan masjid. (Foto: Dok. Kemenag)

 Sebelumnya 
Saat Johanes dipercaya menjadi Ketua RT, jumlah warganya sekitar 234 jiwa dari 78 Kepala Keluarga. Dari jumlah itu, keluarga Johanes satu-satunya yang beragama Katolik.

Meski menjadi satu-satunya keluarga Katolik, Johanes memegang prinsip inklusif dalam pergaulan, terlibat aktif dalam kehidupan bersama, dan menjunjung tinggi budaya setempat.

Pada 18 Agustus 2021, dalam sebuah rapat rutin, dibicarakan masalah pembangunan masjid di lingkungan fasilitas umum (Fasum) RW 13 Japan Asri-Pitaloka. Dalam rapat itu dibahas pula pembentukan panitia pembangunan masjid.

Sebagai salah satu Ketua RT, Jonanes dilibatkan dalam panitia. Johanes dipercaya dalam panitia sebagai seksi hubungan masyarakat (Humas).

"Tugas saya mengumpulkan dukungan persetujuan warga terkait keberadaan fasilitas umum yang akan dipakai dalam pembangunan rumah ibadah masjid dan membangun komunikasi dengan berbagai pihak perihal proses hingga selesainya pembangunan masjid," ujar Johanes.

Dalam perjalanan waktu, Johanes mengaku nyalinya kadang ciut ketika mengumpulkan tanda tangan dukungan warga untuk pembangunan masjid di kompleks Fasum RW. Komentar dan pertanyaan kritis muncul dari teman-teman Muslim.

Baca juga : Bertemu Direksi Ajaib Group, Kapolri Dorong Investasi Di Indonesia

“Pak John, panjenengan (Anda) itu bukan Muslim mengapa meminta tanda tangan perihal penggunaan Fasum kepada umat Muslim. Bahkan terlibat langsung dalam panitia pembangunan Masjid?,” komentar salah satu warga.

Mendengar komentar itu, Johanes tersenyum. Ia menyampaikan permohonan maaf, sambil menjelaskan tugas saya sebagai Ketua RT, yang mesti hidup bersama di tengah masyarakat.

"Saya kira ini tahapan yang paling sulit yang akan saya lewati. Namun, nyatanya saya mengalami kemudahan ketika menyampaikan proposal dan permohonan donasi warga. Doa juga selalu saya panjatkan kepada Tuhan agar mendapatkan kemudahan," ungkap Johanes.

Setiap hendak melangkahkan kaki keluar rumah untuk menjumpai warga dalam urusan pembangunan masjid, Johanes selalu berdoa singkat agar mendapatkan tanggapan positif dari warga.

"Tentu, saya berdoa secara Katolik, dengan membuat tanda salib. Turut Usulkan Nama Masjid Tak sampai di situ. Kejadian unik lain saya alami ketika pertemuan di sebuah angkringan café kuno milik warga di RW 13," ungkap Johanes.

Sekitar 11 orang perwakilan tiap RT, tokoh agama dan masyarakat, bertemu. Pertemuan ini atas undangan penasihat pembangunan, dengan agenda memilih nama masjid yang akan dibangun.

Baca juga : KPK Angkut Barang Bukti Dokumen

Saat itu penasehat meminta tiap anggota membawa usulan dua nama yang bakal dipilih sebagai nama masjid. Dua nama mesti berbeda. Ada delapan RT, total 18 usulan nama. Lalu dikocok seperti arisan, nama yang keluar bakal menjadi nama masjid yang akan dibangun.

"Inilah awal yang sulit bagi saya. Maka saya meminta nasihat nama masjid yang saya usulkan. Akhirnya saya memasukan sepotong kertas yang digulung dengan tertulis sebuah nama," ujar Jonahes.

Ketika dikocok, keluar golongan kertas kecil bertuliskan Al-Iqlas. Itu usulan nama pertama yang Johanes tulis. Ia pun tersenyum meski mulut terbalut masker warna putih.

Hati kecil Johanes berkata, “Al-Iqlas itu pilihan saya.” Namun, nama itu akhirnya dianulir, beberapa tokoh agama menimbang nama itu telah dipakai oleh musholla di sekitar perumahan kami."

Johanes pun mengikhlaskan dan memberi kesempatan untuk mengocok undian lagi Kocokan kedua keluarlah nama Sirathal Mustaqim.

"Bagi saya nama itu punya kedalaman makna. Bagi saya nama tidak sekedar diberikan atau dilekatkan begitu saja pada sesuatu. Begitupun dengan nama bakal masjid yang muncul atau keluar setelah diundi," ujar Yohanes.

Baca juga : Pupuk Kaltim Bangun Dua Jalan Di Bontang

Sirathal Mustaqim berarti jalan yang lurus. Demikian harapan yang tersirat bahwa masjid yang dibangun tepat di RT 05 RW 13 Japan Asri tersebut adalah sarana ideal yang membawa jemaah untuk menggapai kesalehan hidup.

Proses pelaksanaan pembangunan Masjid diserahkan sepenuhnya kepada warga RT.05 mengingat keberadaanya terletak di area tersebut sekaligus mengobati kerinduan warga setempat akan kehadiran tempat ibadah. Itu juga karena sebagian besar RT di RW 13 telah memiliki musholla.

Dibawah arahan ketua RT setempat warga saling bahu membahu untuk dan bekerja sama membangunnya. "Sedangkan untuk konsumsi didukung oleh kelompok dasa wisma dari keseluruhan RT yang ada, termasuk istri saya sebagai ketua Dasa Wisma RT.07," pungkas Johanes. [Johanes Donbosco Lobo, Guru Agama Katolik di SMAN 2 Mojokerto]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.