Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Generasi Sandwich Kota

Sabtu, 27 November 2021 12:55 WIB
Tantan Hermansah, Doktor Sosiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota Komisi Infokom Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
Tantan Hermansah, Doktor Sosiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota Komisi Infokom Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat

 Sebelumnya 
Lama kelamaan, mereka akhirnya kehilangan visi untuk pengembangan diri maupun hal lain yang justru bisa meningkatkan kapasitas kesejahteraan hidupnya.

Apakah Generasi Sandwich ini memiliki potensi permasalahan untuk kehidupan warga kota? Mari kita lihat faktanya di lapangan.

Dilihat dari struktur penghasilannya, rata-rata Generasi Sandwich memiliki pendapatan di atas UMR. Bahkan, beberapa ada yang sampai pada model pendapatan pekerja kelas menengah.

Baca juga : Ginevra Lambruschi, Punya Sembilan Tato

Dengan penghasilan yang cukup rutin tersebut seharusnya mereka bisa menjadi entitas yang memiliki masa depan cemerlang. Entitas ini tentu saja akan memberikan kontribusi besar pada kehidupan warga kota. Karena sebuah kota yang nyaman dan enak untuk menjadi hunian adalah kota yang warganya juga merasakan kenyamanan dan kebahagiaan.

Maka akan berbeda tersebut jika kemudian warganya justru meski memiliki pendapatan yang cukup namun sudah kehilangan visi hidup karena himpitan sosial seperti yang dialami Generasi Sandwich.

Ada hal lain yang juga menjadi ancaman dalam kehidupan Generasi Sandwich ini. Selain tekanan yang menyebabkan stres, ada juga hal lain yang muncul pada mereka seperti: menjadi generasi yang kurang bahagia, kurang memiliki waktu untuk keluarga inti, kurang bersosialisasi dengan teman dan tetangga, dan bahkan meski tadinya mereka memiliki penghasilan yang besar, tapi akhirnya mereka justru terancam kesulitan finansial.

Baca juga : Deforestasi Wanamarta

Dengan beragam potensi masalah ini, apalagi jika semakin besar, maka apa yang terjadi pada Generasi Sandwich bisa menjadi ancaman untuk kemajuan kota. Ada beberapa alasan yang mendukung hipotesis ini.

Pertama, masa depan kota tidak bisa disandarkan pada entitas yang setiap hari mengalami tekanan dan akhirnya menyebabkan mereka stres. Kota yang dihuni oleh orang-orang yang kurang bahagia atau bahkan orang yang stres itu, akan cenderung mengalami stagnasi atau kejumudan, bahkan declining atau penurunan kualitas;

Kedua, kota sebagai sebuah ruang dan juga entitas nilai-nilai kemanusiaan perlu ditopang oleh energi muda yang bebas dari stres dan beragam kesulitan sehari-hari;

Baca juga : Energi Sinergi (3)

Ketiga, kota sebagai suatu ruang kreatif dan dinamis selalu diarahkan untuk perubahan yang agresif dan positif, karena dalam ruang tersebut manusia-manusia hidup dan mengembangkan peradaban.

Sementara Generasi Sandwich telah kehilangan atau cenderung untuk tidak lagi memperhatikan lingkungan tempat mereka hidup dan tumbuh itu. Mereka telah menjadi seperti yang dikatakan oleh Karl Marx (1818-1883), sebagai kelompok masyarakat yang terasing atau terlienasi oleh dunia kerja yang tadinya mereka harapkan sendiri.

Lalu bagaimana kita bisa menumbuhkan harapan pada entitas muda agar tidak menjadi Generasi Sandwich? Beberapa hal berikut mungkin bisa menjadi pertimbangan:
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.