Dark/Light Mode

Ginandjar Kartasasmita: Iklim Demokrasi Sudah Bagus, Harus Dijaga

Rabu, 29 Desember 2021 20:32 WIB
Prof Ginandjar Kartasasmita. (Foto: Ist)
Prof Ginandjar Kartasasmita. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelang Pilpres 2024 proses politik terasa lebih intens. Eks Menteri Koordinator Perekonomian, Prof Ginandjar Kartasasmita menuturkan, ada beberapa penyebabnya. Pertama, tidak ada incumbent alias petahana. Sehingga, "lapangan" terbuka lebar.

"Banyak calon yang dianggap memiliki kesempatan untuk maju. Setiap calon banyak pendukung dan semua bermain di media, sehingga terasa hiruk pikuk," ujarnya, Rabu (29/12).

Sementara yang kedua, ada semacam pesta survei politik. Para tokoh yang digadang-gadang menjadi capres 2024, berkejar-kejaran dalam survei. Para calon, diduganya punya surveyor sendiri. Sehingga, macam-macam prediksi bermunculan.

"Sudah bisa terbaca polster mana berada di depan calon mana. Survei atau polling adalah gabungan profesi dan bisnis. Polling ada ilmunya, dan di banyak negara maju relatif akurat, kalau dijalankan secara profesional dan ilmiah. Tapi kalau bisnis yang menonjol, maka surveyor seperti tailor, hasil sesuai dengan ukuran pelanggan. Jujur saja susah kita membedakan antara tipe yang pertama dan kedua," bebernya. 

Dia sendiri menilai, demokrasi Indonesia sudah lumayan baik. Contohnya, Joko Widodo (Jokowi) yang mampu menjadi presiden selama dua periode. Padahal, latar belakangnya biasa-biasa saja, ketika pertama kali maju.

Baca juga : Demokrat Terapin Demokrasi Sehat

Mantan wali kota Solo itu tidak memiliki nama dan sumber daya yang besar. Tapi Jokowi menang lantaran didukung rakyat kecil yang turut berkampanye dengan uang dari koceknya sendiri.

"Hampir sama dengan fenomena Obama di periode pertamanya. Itu saja menunjukkan bahwa demokrasi kita sudah terkonsolidasi," tuturnya.

Agar semakin kuat berakar dan menghasilkan kehendak rakyat yang sesungguhnya, semua pihak mesti bertanggung jawab menjaga iklim demokrasi.

"Jangan biarkan demokrasi kembali diperangkap oleh kekuatan-kekuatan anti demokrasi, yang menggunakan demokrasi bukan sebagai sistem yang benar, tetapi yang dapat dimanipulasi," ingat Ginandjar.

Kekuatan anti demokrasi ini, bisa berasal dari kelompok-kelompok yang berada di lingkaran kekuasaan dan ingin melanggengkannya dengan cara yang mudah.

Baca juga : Ganjar Dan Puan Bisa Jadi Lokomotif Banteng Menang Hattrick Di 2024

"Serta yang merindukan sistem otoriter dibanding sistem demokrasi yang gaduh atau mengutip Samuel Huntington, authoritarian nostalgia," ucapnya.

Ginandjar sendiri meyakini, Jokowi tidak akan mengutak-atik Pemilu. Dia menilai, Jokowi akan lebih  fokus untuk meninggalkan legacy.

"Tentu beliau ingin dicatat dalam sejarah sebagai Presiden yang baik, great president. Tahun-tahun terakhirnya akan dicurahkan ke arah itu. Tidak mungkin beliau membiarkan tahun-tahun sisa menjadi sia-sia apalagi digunakan untuk tujuan jangka pendek seperti mengutak-atik pemilu," analisis Ginandjar.

Jokowi, katanya berkepentingan bahwa penggantinya mengapresiasi semua yang telah dilakukannya, serta mau dan mampu melanjutkan agenda-agendanya, seperti Ibu Kota baru. "Saya kira di tahun-tahun terakhir beliau ingin meninggalkan kesan kenegarawanan," imbuhnya.

Berdasarkan hasil survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) calon Presiden yang akan diminati pada 2024 adalah capres berkriteria cerdas, dan visioner, bergeser dari kriteria sebelumnya yang mengutamakan kriteria merakyat. Ginandjar menyatakan, semua adjective itu baik.

Baca juga : Gelar Lomba Orasi, Kapolri: Mari Ciptakan Alam Demokrasi Yang Lebih Baik

"Tapi bagaimana kita bisa tahu seseorang memiliki ciri-ciri seperti itu? Yang kita dengar dari kaum politisi semuanya yang baik-baik saja, enak didengar, normatif. Semua serba optik," tuturnya. Yang lebih substansial, katanya adalah track record, apa yang telah dihasilkan dan sikapnya yang terekam terhadap masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan rakyat.

Salah satu yang dinilai memiliki kriteria tersebut adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Golkar sudah sepakat mendukung Ketumnya itu sebagai Capres 2024. Di mata Ginandjar, pilihan itu sudah pas. Sebab, Airlangga bukan semata politisi, tetapi juga teknokrat yang sudah terbukti mumpuni.

"Prestasi pemerintah sekarang yang sukses menangani pandemi dan sekaligus memulihkan ekonomi, adalah prestasi Airlangga yang ditunjuk Presiden untuk memimpin kedua tugas yang berkait satu sama lain itu," ucap Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) di era Orde Baru tersebut.

Di antara nama-nama yang disebut-sebut punya potensi atau minat jadi Presiden, secara obyektif Airlangga adalah yang paling mampu dan sudah terbukti. "Prestasinya tidak ada yang bisa meragukan. Objektif sajalah kita," tegasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.