Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Komunikolog politik nasional Tamil Selvan mengatakan, permintaan agar Pemerintah mengutamakan penggunaan vaksin halal dalam penanganan Covid-19 hendaknya tidak dimaknai sebagai sikap egoistik umat Muslim. Permintaan itu wajar disampaikan, apalagi Islam merupakan pemeluk agama terbesar di Indonesia.
Bukan hanya mayoritas di Indonesia, pemeluk Islam di Indonesia juga merupakan yang terbesar di dunia. Hal sebagaimana laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, disebutkan penduduk Indonesia yang beragama Islam mencapai 231,06 juta.
"Permintaan penggunaan vaksin halal oleh umat Islam itu hendaknya tidak dinarasikan, tidak dimaknai seakan-akan memaksakan kehendak atau egoistik agama. Karena ini sudah menyangkut akidah dan itu perlu dihormati. Permintaan umat Islam itu harus menjadi perhatian Pemerintah," jelas Tamil, Kamis (6/1).
Baca juga : Menlu Tegaskan Indonesia Terus Dukung Perdamaian Di Afghanistan
Hal itu disampaikan Kang Tamil, sapaan akrabnya, sejalan dengan aksi damai Forum Umat Muslim Indonesia (FUMI) di Kantor Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 29 Desember lalu. Dalam aksi itu, FUMI meminta Pemerintah memprioritaskan penggunaan vaksin halal.
Rencananya, mulai pekan depan, Pemerintah akan mulai melakukan vaksinasi booster Covid-19. Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, pihaknya tengah memproses registrasi 5 merek vaksin Covid-19 untuk booster ini. Kelima vaksin itu adalah Pfizer, AstraZeneca, Coronavac/Vaksin PT Bio Farma, Zifivax, dan Sinopharm.
Tamil menyatakan, saat ini Indonesia tidak lagi dalam kondisi darurat vaksin. Sudah banyak pilihan dan ketersediaan vaksin. Jadi, wajar jika ada permintaan untuk mengutamakan vaksin halal.
Baca juga : Holding BUMN Pangan Mesti Semakin Lincah
"Kan memang dalam konteks ini, saat ini bukan dalam kondisi darurat vaksin. Tentu tidak berlebihan jika ada permintaan bahwasannya vaksin yang akan disuntikkan ke umat Islam itu vaksin yang halal," imbuhnya.
Proses sertifikasi halal yang dilakukan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah dilakukan. Hasilnya, ada dua vaksin yang benar-benar suci dan halal, yaitu Sinovax dan Zifivax.
Mengenai pentingnya vaksin halal, sebelumnya sudah dinyatakan KH Said Aqil Siradj beberapa hari sebelum Muktamar NU di Lampung. Menurut Anggota Komisi IX DPR Saleh Daulay, dalam Muktamar NU itu, Presiden Jokowi juga menyambut keinginan untuk memprioritaskan vaksin halal. "Vaksin halal sudah dilabeli MUI, kurang apalagi?" imbuh Tamil.
Baca juga : Sembarangan Nyuntik Vaksin Covid, Guru Di AS Ditahan
Ketua Forum White Politic Syndicate ini pun yakin, dengan memprioritaskan vaksin halal, masyarakat yang awalnya masih menolak pun akan ikut bersedia divaksin. Dia juga menyarankan agar BPOM melibatkan MUI dan majelis tinggi seluruh agama.
"Pemerintah yang kesulitan meyakinkan sebagian masyarakat agar mengikuti vaksin, tentu akan sangat terbantu. Karena mereka mempunyai kemampuan untuk meyakinkan umat. Kalau ini bisa sinergi, saya yakin tidak ada lagi penolakan vaksin," sambungnya.
Dengan demikian, tambah Tamil, akan ada nuansa kesejukan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan terkait penanganan pandemi Covid-19. Sebab semua pihak dilibatkan. [USU]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya