Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Transisi Energi Butuh Duit Gede

Luhut Bilang, Negara Miskin Tidak Akan Mampu Biayai

Jumat, 11 Februari 2022 08:10 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam peluncuran rangkaian Energy Transition Working Group (ETWG) G20. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kementerian ESDM).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam peluncuran rangkaian Energy Transition Working Group (ETWG) G20. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kementerian ESDM).

RM.id  Rakyat Merdeka - Transisi energi membutuhkan biaya yang sangat besar. Apalagi bagi negara-negara berkembang. Karena itu, pelaksanaannya harus memperhitungkan seminimal mungkin dampak dari aspek sosial dan ekonomi.

“Biayanya besar, tentu banyak negara miskin atau yang berkembang tidak mampu dan tidak mau membebani masyarakatnya. Apalagi di masa pandemi, bebannya berat,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam peluncuran rangkaian Energy Transition Working Group (ETWG) G20 dì Jakarta, kemarin.

Luhut menekankan, transisi energi ke sumber daya yang ramah lingkungan harus berbasis keadilan. Karenanya, biaya untuk mencapai transisi energi menjadi salah satu hal yang harus diprioritaskan.

Baca juga : 5,5 Gigawatt PLTU Segera Pensiun Dini

Menurutnya, di tengah proses transisi energi akan ada banyak perubahan yang terjadi. Mulai dari struktur pekerjaan, skenario pembangunan hingga orientasi bisnis.

Luhut pun berharap, negara maju yang sudah siap melakukan transisi energi dapat membantu negara yang belum mampu.

“Yang bebannya berat harus dibantu, yang siap jalan sendiri bisa bantu yang belum mampu,” harapnya.

Baca juga : Anies Didorong Nyari Pembiayaan Alternatif

Menurut Luhut, Indonesia sudah mulai berkomitmen dan melangkah menuju ke arah sama. Salah satunya, melalui pembangunan ekosistem industri hijau, yaitu kawasan industri yang sedang dibangun di Kalimantan Utara.

Namun, dalam hal ini Pemerintah tidak dapat melakukannya sendirian, melainkan memerlukan kontribusi swasta.

Pemerintah memerlukan investasi dan kontribusi swasta, filantropi dan pendanaan inovatif yang bisa afirmasi komitmen pendanaan 100 miliar dolar AS per tahun, dari negara maju ke negara berkembang.

Baca juga : Kilang Pertamina Internasional Siapkan 5 Jurus Jitu

“Untuk itu, bukan hanya butuh dana yang jumbo saja, transisi energi harus dilakukan seminimal mungkin dampaknya kepada sosial ekonomi masyarakat, “ jelas Luhut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, forum ini akan mengangkat tiga isu prioritas untuk mendorong negara maju dan berkembang dalam keanggotaan G20. Ini dilakukan untuk mempercepat proses transisi energi dan memperkuat sistem energi global berkelanjutan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.