Dark/Light Mode

Transisi Energi Butuh Duit Gede

Luhut Bilang, Negara Miskin Tidak Akan Mampu Biayai

Jumat, 11 Februari 2022 08:10 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam peluncuran rangkaian Energy Transition Working Group (ETWG) G20. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kementerian ESDM).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam peluncuran rangkaian Energy Transition Working Group (ETWG) G20. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kementerian ESDM).

 Sebelumnya 
“Transisi energi G20 diharapkan akan menghasilkan kesepakatan yang lebih konkret. Untuk memperkuat sistem energi global berkelanjutan, serta transisi energi berkeadilan dalam konteks pemulihan berkelanjutan,” terangnya.

Menurut mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang ini, ada tiga isu prioritas yang akan diangkat Indonesia dalam forum Transisi Energi di G20. Yakni, akses, teknologi dan pendanaan.

Baca juga : 5,5 Gigawatt PLTU Segera Pensiun Dini

“Dengan tiga isu ini, diharapkan dapat mencapai kesepakatan global dalam mengakselerasi transisi energi,” harap Arifin.

Melalui forum ini, lanjut Arifin, Indonesia mampu menghimpun komitmen global yang lebih kuat, dalam rangka mencapai target global pada akses energi yang ditargetkan Agenda 2030 sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Baca juga : Anies Didorong Nyari Pembiayaan Alternatif

Hasil utama atau Lighthouse Deliverable inilah yang diharapkan oleh Presidensi Indonesia, sebagai tindak lanjut aksi-aksi pasca COP26 dan Presidensi G20 sebelumnya, dalam rangka mencapai Karbon Netral pada 2060. Atau lebih cepat lagi dengan dukungan riil dari komunitas internasional.

Pengamat energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, jalan Indonesia untuk beralih ke energi bersih masih panjang. Setidaknya Indonesia membutuhkan biaya Rp 5.000 triliun untuk menurunkan emisi karbon sampai 29 persen hingga 2030.

Baca juga : Kilang Pertamina Internasional Siapkan 5 Jurus Jitu

Bahkan, kata Komaidi, biaya untuk menekan emisi karbon lebih besar. Yaitu, mencapai 479 miliar dolar AS atau Rp 6.734 triliun jika ingin menurunkan emisi karbon sebesar 41 persen di tahun yang sama.

“APBN kita saja hanya kisaran Rp 2.000 triliun per tahun, sementara kebutuhannya lebih dari 2 kali lipat. Ini yang perlu dipersiapkan kalau kita benar-benar komit menuju ke arah sana,” ucapnya. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.