Dark/Light Mode

Merdeka Belajar Sejalan Dengan Pendidikan Islam

Rabu, 2 Maret 2022 18:05 WIB
Nurlaeli, M.Pd. (Foto: Istimewa)
Nurlaeli, M.Pd. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Merdeka Berpikir
Esensi Merdeka Belajar adalah merdeka dalam berpikir, baik secara individu maupun secara berkelompok, sehingga bisa melahirkan peserta didik yang kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif, dan partisipatif. Menurut Hamka, ada dua prinsip dasar yang dapat menunjang dan menjadikan kemajuan dan kejayaan manusia, yaitu: prinsip keberanian dan prinsip kemerdekaan berpikir (Shafiah dan M. Mukhlis, 2010:58). Kedua prinsip ini menimbulkan berbagai macam pengetahuan. Tanpa keduanya, ilmu pengetahuan tidak pernah muncul serta kejayaan hanya berada dalam angan-angan.

Dalam Islam, kemerdekaan berpikir sangat dihargai. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan historis Islam awal pada zaman Nabi dan para sahabat. Menurut Syekh Syaukat Hussain (1996: 71-73), terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Nabi memberikan kemerdekaan ke para sahabat untuk berbicara dan mengemukakan pendapat. Hal ini tampak dalam musyawarah-musyawarah atau konsultasi beliau untuk membahas berbagai persoalan atau pemberian kelonggaran untuk menentukan pilihan.

Baca juga : Menpora Matangkan Persiapan Asean Para Games XI 2022

Merdeka Belajar Perspektif Pendidikan Islam
Guru Besar Pendidikan Islam yang juga Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Mahmud, mengatakan, Merdeka Belajar sejalan dengan pendidikan Islam. Dia menyebutkan, dalam hadits disebutkan, belajar adalah fardu. Selama untuk kepentingan ilmu, di mana saja maka harus diambil. Bahkan, dalam qaul ulama disebutkan, uthlubul ilma walau bishin, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China. Artinya, menggambarkan bahwa belajar itu boleh di mana saja. Maka, Merdeka Belajar sinkron dengan konsep belajar dalam Islam.

Sejak awal, Islam sudah memerdekakan proses pencarian ilmu. Belajar bisa dilakukan di mana saja, tidak hanya di satu tempat. Merdeka dalam belajar adalah merdeka memilih. Peserta didik merdeka memilih materi yang hendak dia pelajari dengan guru yang sesuai dengan pilihannya. Peserta didik juga merdeka memilih tempat dia untuk belajar.

Baca juga : Bidik Kelas Menengah, Haus! Targetkan 719 M

Merdeka Belajar Di Pesantren
Dalam konteks kurikulum, Merdeka Belajar telah lama diterapkan sekolah Islam atau pesantren. Di sekolah Islam misalnya, penentuan materi tambahan, jam belajar tambahan, kompetensi tambahan, dan lain sebagainya biasanya berbeda dengan sekolah negeri. Sekolah swasta dan pesantren mempunyai kurikulum tersendiri dan tujuan kompetensi yang berbeda dan mempunyai ciri khas sendiri, tapi tentu saja masih dalam lingkup kurikulum nasional.

Prof. Mahmud mengatakan, tradisi pembelajaran di pesantren sangat erat dengan kemerdekaan belajar, seperti sorogan (belajar lintas pesantren). Dilihat dari tradisinya, Merdeka Belajar dalam khazanah pendidikan Islam itu sudah dilakukan oleh para pesantren, oleh ulama.

Baca juga : PNM Gelar Pelatihan Petani Kopi Nasabah Mekaar Di Kintamani

Dalam evaluasi, di pesantren sudah lumrah membuat sistem tersendiri. Biasanya dinamakan imtihan. Imtihan ini ada yang lisan ada yang tertulis. Materi yang menjadi acuan imtihan sesuai dengan yang telah diberikan kepada santri dan kompetensi yang telah ditentukan pesantren. Bentuk pertanyaan dalam evaluasi di pesantren tidak dalam bentuk pertanyaan multiple choice, tapi berbentuk esai.***

Penulis: Guru Pendidikan Agama Islam di SMKI Insan Mulia Tangerang dan SD Muhammadiyah Bojongnangka, Tangerang 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.