Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Perlu Upaya Intensif Strerilkan Mimbar Agama Dari Penceramah Radikal

Rabu, 9 Maret 2022 16:13 WIB
Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz (Foto: Istimewa)
Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ruang dan mimbar agama masih sering digunakan kelompok tertentu untuk memprovokasi, memecah belah, dan mendoktrin masyarakat membenci yang berbeda dan anti ideologi bangsa, Pancasila. Bahkan, tidak hanya masyarakat umum, keluarga TNI-Polri pun tak luput dari sasaran penceramah radikal. Masalah ini pun menimbulkan keprihatinan Presiden Jokowi.

Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz, juga prihatin dengan keberadaan penceramah radikal. Menurutnya, infiltrasi radikalisme di masyarakat kerap diakibatkan oleh faktor ketidaktahuan masyarakat, baik terhadap muatan radikal-ekstrem maupun ketidakpahaman terkait peta aktor dan kelompok yang membawa misi dan narasi radikal.

“Yang menjadi persoalan dalam setiap proses infiltrasi radikalisme (kelompok radikal) di tengah masyarakat adalah lemahnya resistensi, sebagai akibat dari ketidaktahuan masyarakat itu sendiri,” ujar Darraz, di Bogor, Rabu (9/3).

Baca juga : Punya Track Record Panjang, BTN Jadi Harapan Penyediaan Rumah Rakyat

Dia melanjutkan, lemahnya resistensi masyarakat ditandai dua hal. Pertama, ketidakpahaman terhadap pandangan radikal ekstrem yang dibalut dengan penjelasan keagamaan yang memukau. Masyarakat tidak bisa membedakan mana pandangan yang  memiliki muatan radikal dan mana yang tidak.

“Kedua, ketidakpahaman masyarakat (termasuk di lingkungan aparat) terkait dengan peta aktor dan kelompok yang membawa misi dan narasi-narasi radikal. Sehingga masyarakat tidak paham siapa sebenarnya yang mereka undang itu,” tuturnya.

Menurutnya, kelompok radikal akan senantiasa mencari celah untuk masuk ke setiap lini demi menyebarkan paham radikalisme yang mereka anut. Modus yang kini digunakan adalah mengisi pengajian di berbagai komunitas, tidak terkecuali masuk di lingkungan aparat TNI-Polri beserta keluarganya. “Mereka mencoba memberikan pengaruh secara lebih halus agar ideologi mereka dapat diterima di lingkungan aparat negara yang menjadi benteng pertahanan NKRI dan Pancasila,” jelasnya.

Baca juga : Jangan Salah Pilih, Ini 5 Ciri Penceramah Radikal Menurut BNPT

Ia menegaskan, infiltrasi halus seperti demikian di mimbar-mimbar agama tidak bisa dibiarkan. Karena hal ini berkiatan dengan narasi dan provokasi yang bisa membawa kepada kehancuran dan perpecahan bangsa. “Jika tidak disterilkan, kita seperti ibarat menunggu kejadian yang ada di Suriah, Libya, Irak, dan beberapa negeri di Timur Tengah itu terjadi di Indonesia. Apalagi jika disulut dengan takfiriyah,” tegas Darraz.

Darraz melihat, perlu adanya upaya intensif guna mensterilkan ruang mimbar agama dari penceramah radikal yang membawa dan menyebarkan ideologi transnasional untuk memecah belah bangsa. “Cara yang cukup elegan adalah dengan mengaktifkan peran dari para tokoh masyarakat yang moderat di komunitas terkecil hingga ke lembaga pemerintahan, termasuk di lingkungan aparat TNI-Polri itu sendiri,” terangnya.

Selain itu, Pemerintah juga harus lebih aktif untuk mengajak ormas-ormas Islam moderat agar mereka semakin giat dan aktif melakukan dakwah Islam yang wasathiyah. “Masyarakat tentu harus diberikan paham keagamaan yang moderat serta diberikan bekal ‘pemikiran kritis’ agar dapat menolak dan mencegah potensi pandangan-pandangan radikal,” ungkap pria yang juga Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhamadiyah ini.

Baca juga : Produsen Batasi Ekspor, Harga Daging Terancam Naik

Dalam pandangannya, pemahaman keagamaan moderat harus menjadi syarat utama bagi seorang dai atau penceramah diundang pada forum/mimbar keagamaan. Jika hal ini telah dilakukan, akan dapat membantu mengeliminasi tersebarnya paham radikalisme-ekstremisme dalam mimbar-mimbar keagamaan. “Ormas keagamaan moderat juga harus aktif melakukan kaderisasi untuk menciptakan para dai/muballg/penceramah yang memiliki visi keagamaan moderat (Islam wasathiyah),” jelasnya.

Kaderisasi tersebut, menurutnya, dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan dan kampanye yang masif terkait pandangan keagamaan moderat kepada masyarakat dan juga aktif melibatkan penceramah dari luar organisasinya.

Terakhir, ia berpesan kepada para kader dai/mubalig/penceramah agar ke depan juga dapat memiliki pemahaman terkait politisasi agama agar para penceramah tak lagi menjadi alat kenpanjangan kelompok radikal demi meraih keuntungan dan kepentingan politik. “Sebaiknya para calon dai/penceramah dapat membekali dirinya dengan pandangan-pandangan keagamaan yang moderat, kritis, toleran dalam perbedaan serta memiliki pemahaman terkait politisasi keagamaan,” pungkasnya. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.