Dark/Light Mode

Jangan Salah Pilih, Ini 5 Ciri Penceramah Radikal Menurut BNPT

Sabtu, 5 Maret 2022 21:31 WIB
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid (Foto: Dok.BNPT)
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid (Foto: Dok.BNPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Ahmad Nurwakhid menegaskan, peringatan Presiden Jokowi terkait penceramah radikal merupakan peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan nasional.

Menurutnya, peringatan yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan Nasional TNI-Polri di Mabes TNI, Jakarta pada Selasa (1/3) lalu itu, harus diperhatikan serius oleh seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Ancaman radikalisme tak boleh diabaikan. 

“Sejak awal, BNPT sudah menegaskan, persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini. Karena sejatinya, radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Radikalisme merupakan proses tahapan menuju terorisme, yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama,” kata Nurwakhid dalam keterangannya, Sabtu (5/2).

Nurwakhid menjabarkan, ciri-ciri penceramah radikal antara lain bisa dilihat dari isi materi yang disampaikan. Bukan penampilan penceramah. Setidaknya, ada lima indikator yang dapat menjelaskan hal tersebut.

Baca juga : Jaga Lingkungan, Sejumlah Perusahaan Tanam Pohon di Puncak Bogor

Pertama, mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional. Kedua, mengajarkan paham takfiri, yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.

Ketiga, menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan sebaran hoaks.

Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan, serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). Kelima, biasanya memiliki pandangan anti budaya ataupun anti kearifaan lokal keagamaan.

“Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada penampilannya. Kenali isi ceramah dan cara pandang mereka, dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman,” beber Nurwakhid.

Baca juga : Jangan Lengah, Ini Kunci Untuk Jaga Diri Di Tengah Varian Omicron

Dia menambahkan, kelompok radikalisme memang memiliki strategi yang bertujuan untuk menghancurkan Indonesia, melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat.

“Ada tiga strategi yang dilakukan oleh kelompok radikalisme. Pertama, mengaburkan, menghilangkan, bahkan menyesatkan sejarah bangsa. Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Ketiga, mengadu domba di antara anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA,” kata Nurwakhid.

Strategi ini dilakukan dengan mempolitisasi agama, yang digunakan untuk membenturkan agama dengan nasionalisme. Serta agama dengan kebudayaan luhur bangsa.

Proses penanamannya dilakukan secara masif di berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk melalui penceramah radikal tersebut.

Baca juga : Kementan Kembali Serap Telur Dari Peternak Rakyat

“Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama. Sejak awal, kita harus memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini. Salah satunya, jangan asal pilih dan undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat,” tegas Nurwakhid. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.