Dark/Light Mode

Belum Bisa Ditangkap Polisi

Mafia Migor Selicin Minyak

Selasa, 22 Maret 2022 06:29 WIB
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi melakukan rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI tentang stabilisasi harga dan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok) menjelang puasa dan Lebaran di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (17/3/2022).  (Foto: Biro HUmas Kemendag).
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi melakukan rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI tentang stabilisasi harga dan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok) menjelang puasa dan Lebaran di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (17/3/2022). (Foto: Biro HUmas Kemendag).

 Sebelumnya 
Mendengar kabar ini, Mendag memilih menyerahkan semuanya ke proses hukum. "Mudah-mudahan dalam 1-2 hari ini Polri bisa mengumumkan kecurangan-kecurangan tersebut," kata Lutfi, saat Rapat Kerja dengan Komite II DPD, di Senayan, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, ada dua alasan migor sampai langka beberapa hari lalu. Pertama, sektor industri meraup keuntungan dari minyak Domestic Market Obligation (DMO). Kedua, spekulan yang menimbun migor dan menjualnya ke luar negeri dengan keuntungan berlimpah.

Baca juga : Beli Biskuit Kokola Raih Hadiah Hingga Miliaran Rupiah

Sementara, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengimbau agar publik bersabar, dan menyerahkan persoalan ini ke kepolisian. Sebab, bisa saja, polisi ingin mendalami terlebih dahulu agar pemain besarnya bisa ikut kena.

"Ada lah (tersangkanya) nanti. Tapi, kemungkinan lebih besar dari apa yang disampaikan Pak Menteri," tutur Oke, di Gedung DPD, Senayan, kemarin.

Baca juga : Kasus Kerangkeng Bupati Langkat, Polisi Kantongi Calon Tersangka

Kira-kira siapa mafia migor itu? Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyebut, bisa saja kombinasi. Sebab, alur migor ini panjang. Pertama, dijual produsen ke distributor. Dari distributor dijual ke gerai market, ada juga yang dijual ke agen. Dari agen bisa mengalir ke pengepul, bahkan dari pedagang juga bisa ke pengepul.

"Yang menjadi perhatian kita seperti yang disampaikan Pak Menteri. Kan tentu ada, dan pasti pemodal besar. Ke mana? Pertama, ke industri. Jangan lupa, migor juga dipakai industri susu, noodle, cookies, dan hotel. Kedua, repacking. Dibuang bungkusnya dan dijual lagi dengan harga tinggi," urai Sahat.

Baca juga : Demokrasi Indonesia Menuju Sakaratul Maut

Dia melanjutkan, untuk menelusuri mafia ini, sebenarnya tidak susah. Sebab, saat ini alurnya sudah bisa dilacak dengan Teknologi Informasi (TI). “Nggak akan susah, dengan TI zaman sekarang gampang di-tracing,” ucapnya.

Di dunia maya, warganet jengkel lantaran belum ada mafia migor yang diumumkan jadi tersangka. "Kenapa mafia minyak goreng sulit ditangkap? Karena licin! Kalau sudah ditangkap, enaknya diapain? Digoreng dadakan!" cuit @syahdaka. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.