Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

KSP: Pemerintah Bentengi Dampak Konflik Rusia Vs Ukraina Terhadap Ekonomi

Rabu, 23 Maret 2022 16:27 WIB
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan S Sulendrakusuma (Foto: KSP)
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan S Sulendrakusuma (Foto: KSP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Panutan S Sulendrakusuma menegaskan, konflik Rusia dan Ukraina tidak berdampak langsung pada perekonomian Indonesia.

Sejalan dengan minimnya hubungan dagang Indonesia, dengan dua negara yang sedang berkonflik tersebut.

"Relasi perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Rusia dan Ukraina, cukup rendah," ujar Panutan dalam keterangannya, Rabu (23/3).

Dia memaparkan, neraca dagang dengan Rusia relatif kecil sebesar 239,79 juta dolar AS dan investasi langsung senilai 23,21 juta dolar AS.

Sementara dengan Ukraina, nilainya minus 623,89 juta dolar AS dan total investasi langsung hanya 1,6 juta dolar AS.

Baca juga : Dubes Ukraina Ngarep RI Bujuk Rusia Stop Perang

Meski begitu, Panutan menilai, Indonesia tetap melakukan langkah-langkah antisipasi jika konflik Rusia dan Ukraina berkelanjutan.

“Dampak yang besar akan terlihat dari biaya yang dikeluarkan, atas pemenuhan impor BBM yang 40 persen kebutuhannya masih mengandalkan impor,” ungkap Panutan di Jakarta, Rabu (23/3).

Panutan menjelaskan, kenaikan harga energi akan berpengaruh pada biaya logistik dan kenaikan harga beberapa komoditas impor seperti gandum, kedelai, jagung dan sapi.

Hal itu tentu saja berpengaruh pada industri makanan, restoran dan pelaku katering.

“Ini berpotensi menyebabkan kenaikan laju inflasi,” kata Panutan.

Baca juga : Dubes Ukraina Kecewa Pada China

Secara umum, Panutan berpendapat, konflik Rusia dan Ukraina bisa memberikan dampak besar berupa kenaikan harga secara global pada tiga sektor utama seperti energi, pertanian dan manufaktur.

Seperti diketahui, Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan memenuhi 11 persen, dari kebutuhan minyak global. Namun, dari segi konsumsi mereka hanya 4 persen.

Selain itu, Rusia juga produsen gas terbesar dan produsen batu bara ke enam terbesar di dunia.

“Perang akan menyebabkan melambungnya harga minyak dunia, gas dan batu bara. Harga minyak untuk jenis Brent sudah mencapai 101,68 dolar AS per barel,” papar Panutan.

Dari sisi pertanian, Rusia bersama dengan Ukraina merupakan pemasok 29 persen kebutuhan gandum global, 17 persen pasokan jagung dan 76 persen minyak goreng dari jenis bunga matahari.

Baca juga : China Puji Indonesia

Dari sisi industri manufaktur, Rusia memasok 35 persen kebutuhan paladium, 10 persen platinum, 6 persen aluminium, 5 persen nikel dan 4 persen biji baja.

"Kenaikan harga metal tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya bahan baku, terutama untuk industri manufaktur otomotif dan elektronik,” tutur Panutan.

Selain itu, akan terjadi kenaikan harga emas. Mengingat emas menjadi alat tukar paling aman selama terjadi perang, dan merupakan medium penyimpanan aset konvensional. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.