Dark/Light Mode

Kepala BSSN: Jangan Ikutan Konflik Rusia-Ukraina

Senin, 7 Maret 2022 22:29 WIB
Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian saat konferensi pers Lanskap Ruang Siber Indonesia di Kantornya, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (7/3). (Foto: Istimewa)
Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian saat konferensi pers Lanskap Ruang Siber Indonesia di Kantornya, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (7/3). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan potret ruang siber Indonesia. Ada sejumlah catatan penting. Salah satunya, untuk tidak melakukan aktifitas yang mendukung, baik Rusia atau Ukraina.

Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian menjelaskan empat poin penting terkait kondisi siber di Tanah Air. Pertama, tren anomali trafik keamanan siber periode Januari-Desember 2021. Kedua, terorisme dan radikalisme di ranah siber. Ketiga, serangan siber pada konflik Rusia-Ukraina. Keempat, kebijakan dan program pemerintan.

Diungkapkan Hinsa, pandemi membuat aktifitas digital di dunia naik signifikan. Tak terkecuali di Indonesia. Ternyata, kondisi ini turut meningkatkan serangan siber.

Baca juga : Kesalahan Kecil Bikin Persija Keok Lagi

Hasil pengawasan BSSN sepanjang 2021, lebih dari 1,6 miliar anomali trafik atau serangan siber. Tak sampai di situ, sepanjang tahun lalu, terjadi 5.574 kasus peretasan situs.

"BSSN telah melakukan langkah-langkah teknis guna memperkuat keamanan siber nasional," ujar Hinsa dalam konferensi pers Lanskap Ruang Siber Indonesia di kantornya, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (7/3).

Adapun langkah-langkah penguatannya, seperti pemasangan sensor honeynet dan analisis malware, optimalisasi cakupan pengawasan Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional National Security Operation Center (NSOC).

Baca juga : MUI Minta Indonesia Turun Tangan Damaikan Rusia-Ukraina

BSSN juga membentuk tim respon insiden keamanan siber Computer Security Incident Response Team (CSIRT), pelaksanaan Information Technology Security Assessment (ITSA), dan penguatan sistem elektronik melalui penerapan kriptografi.

Yang tak kalah penting, Hinsa mengimbau agar masyarakat atau komunitas siber tidak ikut-ikutan konflik Rusia dan Ukraina. Contohnya, dengan tidak mendukung salah satu pihak.

"Agar Indonesia tidak terjebak dalam situasi konflik di ruang siber. Serta tetap dapat menjunjung tinggi salah satu pilar keamanan siber yang sedang diperjuangkan di forum PBB. Yaitu, Responsible State Behaviour in Cyberspace," pesan Hinsa.

Baca juga : Muhammadiyah: Jangan Gampang Terprovokasi, Perang Rusia-Ukraina Bukan Soal Agama

Soal kebijakan dan program pemerintah, ia menyebut, BSSN terus berperan aktif dalam menjalankan tugas keamanan siber, khususnya terkait program-program terkini.

Di antaranya Presidensi G20 maupun pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara ke Kalimantan Timur. Terkait IKN baru, BSSN melalui Pusat Pengembangan SDM BSSN telah memiliki simulator keamanan siber smart city, yang digunakan sebagai sarana pelatihan keamanan siber bagi SDM Keamanan Siber dan Sandi guna mempersiapkan pengamanan siber pada IKN baru.

BSSN juga terus berupaya bekerjasama dengan berbagai pihak dalam menjalankan program literasi keamanan siber. Dengan begitu, terbentuk budaya keamanan siber yang tangguh, dapat membentengi masyarakat dari berbagai ancaman terorisme, radikalisme, dan disinformasi. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.