Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kepala BIN Soroti Naiknya

Pertamax, Tapi Pertalite Tidak Naik Pemerintah Pro-Wong Cilik

Senin, 4 April 2022 06:35 WIB
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jendral Polisi (Purn) Budi Gunawan. (Foto: Istimewa).
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jendral Polisi (Purn) Budi Gunawan. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Karena harga minyak dunia melonjak, Pertamina memutuskan menaikkan BBM jenis Pertamax yang tadinya Rp 9.000 menjadi Rp 12.500. Namun, pemerintah tidak menaikkan BBM jenis Pertalite yang saat ini masih nangkring di angka Rp 7.500. Keputusan ini menunjukkan, di satu sisi pemerintah menjaga keseimbangan ekonomi, tapi di sisi lain, pemerintah tetap memperhatikan nasib wong cilik agar tidak terpuruk.

Setelah cukup lama diwacanakan, akhirnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis Pertamax resmi naik per 1 April 2022. Meski pahit, pemerintah harus memilih mengadaptasi harga BBM dengan harga minyak dunia yang melambung tinggi di atas 100 dolar Amerika per barel, karena krisis perang Rusia-Ukraina. Keputusan ini mengakhiri keberhasilan pemerintah menahan harga BBM selama dua tahun lebih.

Baca juga : Ujian Kesabaran Datang Bertubi-tubi

Tak ada pilihan lain, harga minyak dunia tak mungkin lagi dilawan. “Harga asumsi crude oil di APBN US$ 63, sekarang ini sudah US$ 98 atau US$ 100. Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa,” kata Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, beberapa saat setelah Pertamax diumumkan naik.

Keputusan ini berarti rumah tangga di Indonesia kini turut merasakan himpitan harga BBM setelah sebelumnya dibebani harga pangan. Padahal, pendapatan masyarakat baru berangsur pulih setelah didera Covid-19 yang panjang. Masih dipandang lebih beruntung, karena masyarakat belahan lain dunia sudah lebih dahulu merasakan hal yang sama.

Baca juga : Netizen: Hadiah Dari Pembalap Kok Diatur Pemerintah

Indonesia memang tidak bisa sepenuhnya melepaskan diri dari gejolak ekonomi global. Dibanding negara lain, kondisi ekonomi Indonesia memang relatif lebih baik. Dua tahun didera pandemi, Indonesia masih bisa membukukan pertumbuhan 2,07 persen pada 2020, dan naik jadi 3,69 persen pada 2021. Namun, situasi global yang mengarah ke stagflasi tidak memberikan pilihan lain bagi Indonesia selain beradaptasi. Stagflasi adalah situasi harga-harga meningkat tinggi, sementara pertumbuhan ekonomi rendah.

Adaptasi, menurut Kepala Badan Intelijen Negara (Kabin) Jend Pol (Purn) Budi Gunawan, adalah pilihan terbaik saat menghadapi faktor eksternal harga BBM. Terus memaksakan harga murah (mitigasi) tidak hanya sia-sia, malah sangat beresiko, karena akan menguras Pertamina, dan juga mudah ditumpangi kelompok kepentingan untuk membuat resah, bahkan rusuh sosial.

Baca juga : IKN Tidak Tergantung Fulus Asing

“Dalam proses pengambilan keputusan adaptasi ini, pemerintah sangat memperhatikan nasib masyarakat berpenghasilan rendah. Karena itulah BBM yang naik adalah Pertamax, jenis yang selama ini dikonsumsi kalangan menengah atas. Sementara jenis Pertalite yang dikonsumsi mayoritas masyarakat bawah, harganya tetap dan kini justru disubsidi,” papar Kabin yang juga Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini, kemarin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.