Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Eliminasi TB

Prof. Tjandra: Ramadan Harus Jadi Momen Stop Merokok

Sabtu, 9 April 2022 09:45 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti fakta lebih dari 4.100 warga dunia yang meninggal karena tuberkulosis (TB) per hari. Hampir 28 ribu orang, terinfeksi TB. 

Dalam tataran global, Indonesia menempati peringkat tiga dunia negara yang terinfeksi TB.

Tahun 2020, diperkirakan ada 93 ribu jiwa meninggal akibat TB di negara kita, dan 824 ribu orang jatuh sakit TB.

Di sisi lain, Indonesia juga mencatat lebih dari 61,4 juta perokok, dengan prevalensi merokok sebesar 67,4 persen di antara pria dewasa.

"Kita tahu, asap rokok mengandung ribuan bahan kimia, dan berhubungan dengan berbagai penyakit di tubuh manusia. Salah satunya, terhadap TB," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Sabtu (9/4).

Baca juga : Jangan Panik Dengan Varian Baru, Bisa Saja Itu Cuma Fenomena Di Virus

WHO menyebut, kebiasaan merokok dapat meningkatkan kemungkinan terinfeksi TB, memperparah gambaran klinis, mempengaruhi masa pengobatan, serta meningkatkan kemungkinan kekambuhan.

Masalah TB dunia dapat menurun hingga 20 persen, jika merokok dikendalikan dengan baik.

Di dunia, sekitar 0,73 juta kasus TB terkait dengan kebiasaan merokok.

Sementara di Indonesia, merokok merupakan faktor risiko TB yang utama, setelah kekurangan gizi berdasarkan Global TB Report 2020.

Data di Indonesia tahun 2018 menunjukkan, ada 152 ribu pasien TB berisiko merokok.

Baca juga : Puasa Ramadhan, Ardi Idrus Mudik Ke Ternate

Dalam situasi ini, Prof. Tjandra menilai, investasi dalam pengendalian tembakau tentu akan berperan besar dalam upaya bersama eliminasi TB di negara kita.

Ini sangat terkait dengan dukungan upaya berhenti merokok bagi semua orang dengan TB, dan menciptakan Kawasan Tanpa Asap Rokok, dan Rumah Bebas Asap Rokok. Serta memasukkan terapi pengganti nikotin (NRT), bersama konsultasi singkat dalam layanan penanganan TB di fasilitas pelayanan kesehatan primer kita.

"Tentu, upaya lain program pengendalian merokok juga perlu terus digalakkan. Seperti peningkatan cukai rokok dan pencantuman peringatan kesehatan bergambar yang lebih besar pada kemasan rokok. Serta pengendalian iklan, promosi dan sponsor tembakau," papar Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.

Sehubungan dengan bulan puasa tahun ini, WHO Eastern Mediterranean Regional Office (EMRO) memberikan beberapa anjuran penting dalam bulan puasa ini. Antara lain, melalui konsumsi gizi seimbang, minum air yang cukup, jangan merokok, dan jangan vaping.

"Semua sepakat, kebiasaan merokok berakibat buruk bagi kesehatan. Bagi kaum muslim yang berpuasa, tentu tidak merokok sejak adzan subuh sampai maghrib," tutur Prof. Tjandra.

Baca juga : Jangan Ditawar, Pasien Tuberkulosis Harus Berhenti Merokok

Sehingga, menurutnya, akan baik sekali bila para perokok yang berpuasa, dapat melanjutkan untuk tetap tidak merokok di malam hari bulan puasa ini. Serta menggunakan momentum Ramadan tahun ini, untuk berhenti merokok sepenuhnya sesudah Idul Fitri nanti.

"Demi kesehatan kita sendiri, keluarga kita, dan juga orang di sekitar kita," tandas Prof. Tjandra. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.