Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ini Saran Prof. Tjandra Untuk Kendalikan Kasus Kematian Covid Yang Terus Melonjak

Rabu, 23 Februari 2022 09:43 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama kembali menyoroti soal kasus kematian akibat Covid-19. Hingga 22 Februari 2022, total kasus kematian akibat Covid sejak Omicron merajalela di Tanah Air, telah mencapai angka 2.484.

Dari total kasus meninggal itu, sebanyak 46 persen memiliki komorbid. Dengan kata lain, lebih dari separuhnya atau 54 persen, tidak memiliki komorbid. Ini berarti, sejak gejala berat muncul hingga menuju kematian, tidak sepenuhnya disebabkan oleh komorbid. 

Disebutkan juga, 53 pasien Covid yang meninggal adalah kelompok lansia. Data ini kembali menunjukkan bahwa hampir separuh (47 persen) yang meninggal bukanlah kelompok lansia.

Jadi, ancaman penyakit berat sampai meninggal memang dapat terjadi di berbagai kelompok umur.

Baca juga : Lestari: Sarana Pengendalian Covid-19 Harus Punya Standar Terukur

"Kita tentu menyadari, bahwa mungkin saja ada gabungan antara yang lansia, dengan komorbid, dan belum divaksinasi lengkap pula," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Rabu (23/2).

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu setuju, angka kematian saat ini jauh lebih rendah dibanding saat varian Delta tahun lalu. Tetapi menurutnya, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait hal ini.

Pertama, setiap nyawa yang hilang tentu amat berharga dan tidak dapat tergantikan dengan apa pun juga. Kedua, angka kematian terus naik dari hari ke hari.

"Kita amat berduka karena pada 11 Februari 2022 ada 100 orang warga kita yang wafat karena Covid-19. Tak sampai seminggu, pada 17 Februari, angkanya naik dua kali lipat menjadi 206 kasus. Kemudian pada 18 Februari, angkanya naik lagi menjadi 216 yang meninggal. Memang tanggal 19, 20 dan 21 Februari angkanya turun dibawah 200 orang, tetapi kemarin 22 Februari 2022,  kita tentu berduka cita mendalam dengan wafatnya 257 warga kita. Ini jumlah tertinggi di masa Omicron," tutur Prof. Tjandra. 

Baca juga : Dukung DMO Dan DPO, TAP Gandeng KPN Corporation Bantu Sediakan Migor Dengan Harga Terjangkau

Pada 6 Januari 2022,  ada 4 warga yang wafat karena Covid-19. Sekarang, angkanya meningkat lebih dari 50 kali lipat.

"Sekali lagi, kita sepenuhnya sepakat bahwa jumlah yang wafat ini jauh lebih rendah dibanding saat periode Delta. Karena varian Omicron tidaklah seberat Delta. Tetapi, dua pertimbangan di atas untuk memandang kematian ini perlu kita resapkan. Tidak semata-mata hanya melihat perbandingan angkanya saja," tegas mantan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Kesehatan. 

Karena itu, Prof. Tjandra kembali mengusulkan analisis mendalam di empat aspek. Pertama, audit kematian untuk menentukan cause of death (COD). Kedua, analisis perjalanan penyakit sejak tertular, timbul gejala ringan sampai berat, dan meninggal.

Ketiga, jenis varian dan bila mungkin jenisnya (BA.1 atau BA.2 dan sebagainya). Keempat, perlu dicek apakah ada patient’s delay, health service delay. Kalau ada, berapa lama total delay-nya.

Baca juga : Ini Penjelasan Kemenkes Soal Tunggakan Klaim Covid Rp 25,1 Triliun

"Kemudian, karena BOR sekarang masih sekitar 30 persen dan itupun belum dari kapasitas maksimal, maka mereka yang bergejala ringan tetapi punya risiko menjadi berat, sebaiknya dirawat inap di RS saja. Nanti, kalau BOR jauh meningkat, maka aturan rawat inap dikembalikan lagi, menjadi hanya untuk kasus sedang dan berat," beber Prof. Tjandra.

Selain itu, Prof. Tjandra meminta seluruh pihak berpartisipasi mengawal pembatasan sosial dan perilaku 3/5 M, agar tetap dijaga ketat. Kedua, tes dan telusur terus ditingkatkan secara merata. Ketiga, vaksinasi harus terus digalakkan. Termasuk, booster yang sampai 22 Februari 2022 baru mencakup 4,24 persen. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.