Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Membumikan Literasi Lini Masa

Kamis, 19 Mei 2022 06:56 WIB
Adin Bondar (Foto: Dok. Perpusnas)
Adin Bondar (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Oleh: Adin Bondar

Perpustakaan Nasional dan Hari Buku Nasional diperingati 17 Mei setiap tahun. Perpustakaan Nasional dan buku menjadi simbol kemajuan dan peradaban bangsa Indonesia. Selama 42 tahun melayani dan mengabdi dalam membumikan literasi Tanah Air menghadapi jatuh bangun, Perpustakaan Nasional saat ini mengukuhkan jati diri menjadi ruang publik untuk mendidik dan membangun berpikir kritis, serta pelestari kebudayaan masa lalu, kini, dan akan datang.

Sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi, perpustakaan terus melakukan perbaikan pelayanan, agar peran tidak ditinggal pemustaka. Apalagi dengan era teknologi digital dan media sosial dewasa ini, diperkirakan bahwa budaya baca masyarakat akan menghadapi kemunduran.

Baca juga : Rumakeik Bangga Bersama Maung Bandung

Jika kita telisik perihal literasi Indonesia, pada abad ke-8 literasi di nusantara telah hidup berupa literasi artefak dan tulis. Dibuktikan, bangunan Prambanan sebagai megaproyek pada zamannya yang berdiri pada masa pemerintahan Rakai Pikatan Kayuwangi Dyah Loka Pala memerintah Mataram Kuno Medang tahun 840-856 M, dan juga Candi Borobudur dibangun saat Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Dinasti Syailendra dan menjadi keajaiban dunia.

Literasi baca tulis juga sangat kuat dengan ratusan naskah kuno dan manuskrip abad 12 tersimpan di Perpustakaan Nasional sebagai karya intelektual yang sangat berharga bukan saja masyarakat untuk Indonesia tapi dunia melalui Memory of the World (MoW) sebagai ingatan kolektif dunia oleh Unesco. Yakni I La Galigo, Babad Dipanagara, Negarakertagama dan Naskah Panji, serta naskah kuno sebanyak 12.217 naskah dari seluruh nusantara tersimpan di Perpustakaan Nasional.

Sebagai karya intelektual atau ingatan kolektif, maka buku menjadi barometer kemajuan peradaban suatu bangsa. Thomas Jefferson Presiden Amerika Serikat (1801-1909), mengatakan “Saya tidak bisa hidup tanpa buku”. Mohammad Hatta, tokoh bangsa Indonesia mengatakan “Aku rela dipenjara, asalkan bersama buku. Karena dengan buku, aku bebas”. Maka buku menjadi perhatian dunia untuk menjembatani transfer of knowledge dan instrumen intelektual, dan pemajuan kebudayaan.

Baca juga : Penguatan Literasi Digital Bagi Generasi Muda di Indonesia Timur

Perpustakaan Digital
Perpustakaan sebagai simbol peradaban bangsa, disadari sangat strategis dalam membentuk insan yang berkualitas berbasis pengetahuan. Lahirnya Perpustakaan Nasional telah dicita-citakan sebelum Indonesia merdeka. Bermula didirikan Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778, kemudian bubar pada tahun 1950. Kemudian 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, Perpustakaan Nasional berdiri hasil integrasi dari empat perpustakaan besar, yakni Perpustakaan Museum Nasional, Perpustakaan Sejarah, Politik dan Sosial (SPS), Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta, Bidang Bibliografi dan Deposit, dan Pusat Pembinaan Perpustakaan.

Literasi bukan hanya sekedar membaca, menulis, berhitung dan berbahasa. Literasi adalah kedalaman pengetahuan dalam subjek pengetahuan tertentu yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan barang dan jasa dalam kompetisi global (Muhammad Syarif Bando, Perpusnas). Dari konsep tersirat, sudah jelas bahwa tujuan literasi, yaitu membantu orang berpikir secara kritis, inovatif, kreatif dan produktif.

Rendahnya literasi mempunya dampak ganda terhadap pertumbuhan ekonomi, produktivitas, Kesehatan dan aspek di berbagai bidang pembangunan. Literasi menjadi fondasi esensial untuk kemajuan dan kemakmuran Indonesia. Sebab, buku, dan perpustakaan pintu pengetahuan dan kegemaran membaca adalah perilaku untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan (literat).

Baca juga : Mendambakan Liqa` Allah (3)

Perpustakaan Nasional dalam usianya yang ke-42 tahun mengusung tema mendekatkan “perpustakaan menjangkau masyarakat” sebagai bagian menjawab tuntutan perkembangan digitalisasi dengan tiga pilar perubahan, yaitu:  Transfer of Knowledge (70 persen), Management of Knowledge (20 persen), dan Management of Collection (10 persen) dengan tema pembangunan “Transformasi Perpustakaan Membentuk Ekosistem Digital Nasional”.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.