Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Ganjar Berkomitmen Bangun Industri Digital Untuk Indonesia Emas
- Wujudkan Visi Indonesia Emas, Airlangga: Indonesia Butuh 9 Juta Talent Digital
- Hari Ini Terima KTA, Kaesang: PSI Bagus, Isinya Anak Muda Berintegritas
- PLN Indonesia Power Raih 2 Penghargaan ASIAN Technology Excellence Awards
- MedcoEnergi Raih 4 Penghargaan dari SKK Migas di Ajang ICIUOG 2023
Hari Kebangkitan Nasional, Momentum Bangun Gerakan Lawan Intoleransi
Kamis, 19 Mei 2022 14:01 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Setiap 20 Mei diperingati Bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), sebagai momentum lahirnya pergerakan nasional dengan semangat nasionalisme. Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menyatakan, Hari Kebangkitan Nasional ini menjadi momentum yang tepat untuk membuat gerakan untuk melawan paham intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme, yang telah menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa.
“Pentingya kesadaran bersama untuk membentuk gerakan nasional yang dapat mematahkan segala bentuk ideologi anti-Pancasila, termasuk sikap serta ujaran kebencian, agar jangan mendapatkan tempat di ruang publik,” ujar Benny, di Jakarta, Kamis (19/5).
Baca juga : Kementan Dorong Jeneponto Tingkatkan Indeks Pertanaman
Benny menjelaskan, hal tersebut sebagai respons atas maraknya ancaman paham intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme yang kerap berusaha menggoyahkan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang luhur. Menurutnya, dibutuhkan gerakan nasional guna mempersempit gerak kelompok intoleran, ekstrem, dan radikal agar tidak berkembang lebih jauh.
“Kita harus punya sikap politik yang sama bahwa radikalisme, intoleransi, fanataisme, dan terorisme merupakan musuh kita bersama, karena menghancurkan martabat kemanusiaan, dan mengingkari Pancasila. Jadi, persempit ruang gerak mereka,” lanjut pria yang akkrab disapa Romo Benny ini.
Baca juga : Kembangkan Angkatan Kerja Indonesia, Pintar Luncurkan Platform Pendidikan
Dengan sikap politik yang sama, lanjutnya, masyarakat akan cenderung tidak merespons serta tidak mengikuti segala bentuk kampanye maupun tawaran dari kelompok radikal. Sebaliknya, masyarakat akan cenderung secara aktif mengkampanyekan kehidupan yang aman, damai, dan toleran sebagaimana agama menjadi rahmat bangsa bangsa. “Sehingga paham-paham itu akan hilang dengan sendirinya jika masyarakat mengucilkan mereka,” kata Benny.
Ia melanjutkan, upaya menutup ruang gerak kelompok radikal bukan pekerjaan mudah. Saat ini, generasi muda Indonesia sangat mudah diambil simpatinya melalui narasi dan kampanye pemutar balik fakta. Hal itu sangat mudah ditemukan di setiap sudut dunia maya.
Baca juga : Bupati Langkat Soal Satwa Langka: Demi Tuhan Itu Titipan
“Mereka (kelompok radikal) membuat kampanye publik untuk kemudian menarik simpati kaum muda yang memang tidak memiliki budaya kritis dan masih labil. Narasi mereka lebih banyak di dunia maya sehingga diyakini sebagai kebenaran,” jelasnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya