Dark/Light Mode

Paloh-Mega, Teman, Tapi Tidak Mesra

Selasa, 28 Juni 2022 06:45 WIB
Puan Maharani, Surya Paloh, dan Megawati Soekarnoputri. (Foto: Ist)
Puan Maharani, Surya Paloh, dan Megawati Soekarnoputri. (Foto: Ist)

 Sebelumnya 
Apalagi, dalam hal penetapan calon presiden, partainya sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum. Termasuk soal kapan jagoan banteng itu akan diumumkan. "Ibu ketua umum kan di Rakernas sudah minta sabar dulu," tandasnya.

Nah, dengan kondisi demikian, apakah masih mungkin PDIP dan NasDem baikan lalu kembali berkoalisi di kontestasi Pilpres mendatang?

Menurut Rokhmin, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Karena politik adalah seni kemungkinan.

"Meskipun sekarang tampak tegang, mungkin 6 bulan ke depan hubungannya bisa beda lagi," jelasnya.

Baca juga : Jelang Pengumuman BI Rate, Rupiah Dibuka Melesat

Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya meminta agar PDIP dan NasDem tidak dikompori. Bagi NasDem, PDIP adalah saudara tua. Konco dekat partainya.

"Ingat, partai yang pertama dikunjungi NasDem itu PDIP. Dengan PDIP itu kan kawan sendiri, kita sesama pengagum Soekarno," kata Willy, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Soal pilihan partainya yang kemudian jatuh ke Ganjar, juga adalah bentuk apresiasi NasDem kepada PDIP, yang punya banyak stok kader yang bagus.

Menurutnya, ini bukan kali pertama NasDem menjagokan kader banteng. Di ajang Pilpres sebelumnya, sudah dua kesempatan partainya mendukung kader PDIP. Yaitu Jokowi. Belum lagi di ajang Pilkada.

Baca juga : Kenaikan Kasus Covid Tidak Bisa Kita Hindari

"Itulah sacrifice-nya (pengorbanan) Paloh. Dia melihat orang di luar dirinya. Kalau melihat dari dalam itu biasa, melihat dirinya, anaknya, saudaranya dan lainnya," sambung dia.

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjajaran (Unpad), Prof Muradi menilai, keputusan NasDem menjagokan Ganjar dan dua nama lainnya sebagai bakal calon presiden, masih dalam batas wajar. Karena NasDem memang tidak punya kader untuk diusung di Pilpres mendatang.

"Ini masalah komunikasi politik saja. Harusnya, PDIP bangga kadernya diusulkan oleh partai lain," kata Muradi, dalam perbincangan, tadi malam.

Kendati demikian, ia juga memberi catatan kepada NasDem. Agar hubungan yang agak tegang dengan PDIP ini jadi pelajaran ke depannya.

Baca juga : Elite Yang Tak Peka

"NasDem juga harusnya instropeksi, Harus persiapkan kader. Jangan cuma ambil kader partai lain," sentilnya.

Ia meyakini, ketegangan antara PDIP dan NasDem ini tidak akan berlangsung lama. "Isu politik itu kan mingguan, ketika duduk bareng di Istana waktu reshuffle itu kan baik-baik saja. Partai lain, Golkar dengan PKB juga baik-baik saja," yakinnya.

Tapi, pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno melihat, ada kemungkinan ketegangan PDIP-NasDem akan berlangsung lama. "NasDem dan PDIP lagi enggak baik-baik saja. Saya menduga, maksud PDIP bilang enggak mau koalisi dengan Demokrat dan PKS, justru sasaran utamanya adalah enggak mau koalisi sama NasDem," kata Adi, saat dihubungi, tadi malam.

"Saya menduga masalah ini enggak terlepas dari keputusan NasDem belakangan ini. NasDem membuat front terbuka dengan PDIP," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.