Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Paru adalah organ tubuh penting karena peran utamanya dalam kita bernapas. Ada berbagai penyakit yang dapat menyerang paru.
Mulai dari infeksi seperti Covid-19, tuberkulosis (TB), pneumonia, asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru, penyakit paru akibat kerja, dan Bronkiektasis.
Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut, Bronkiektasis belum banyak dikenal luas. Karena itu, mulai tahun ini, setiap 1 Juli diperingati sebagai Hari Bronkiektasis Sedunia.
"Jadi hari ini adalah tonggak sejarah penting. Peringatan oleh organisasi kesehatan paru di berbagai negara, termasuk Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran kita tentang penyakit ini," ujar Tjandra, dalam rilis yang diterima RM.id, Jumat (1/7).
Baca juga : Warga Prancis Diminta Kembali Pakai Masker
Selain itu, peringatan Hari Bronkiektasis Sedunia juga merupakan advokasi ke penentu kebijakan publik, seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes), agar memberi perhatian pada bronkiektasis, selain penyakit paru lainnya.
Tjandra menjelaskan, Bronkiektasis adalah penyakit saluran napas lebar berlebihan, sehingga ada penumpukan lendir (mukus).
Hal ini mengakibatkan berbagai hal. Mulai dari infeksi berulang sampai ke gangguan fungsi paru dan bernafas serta disability jangka panjang dan bahkan mungkin kematian.
"Jelasnya, amat memberi beban pada pasien dan keluarganya," beber Ketua Majelis Kehormatan PDPI ini.
Baca juga : Kenaikan Kasus Covid Tidak Bisa Kita Hindari
Tjandra membeberkan, gejala bronkiektasis antara lain, batuk berdahak kental, sesak nafas, nyeri dada, dan sering radang paru. Kemudian, badan lemah, demam tak jelas penyebabnya, serta penurunan berat badan
Diagnosis ditegakkan antara lain dengan pemeriksaan high-resolution computed tomography (CT) scan paru. Bronkiektasis sendiri, kini ditangani dengan dua cara.
Pertama, membersihkan tumpukan lendir di saluran napas (bronkus) di dalam paru, atau airway clearance.
"Antara lain dengan semacam fisioterapi, obat dan alat tertentu, aerobik dan minum air yang banyak, sehingga lendir di paru jadi lebih encer sehingga lebih mudah dibatukkan keluar," ungkap Tjandra.
Baca juga : Hari Musik Dunia, Ini 4 Aktivitas Seru Ini Bagi Pecinta Musik
Zementara cara kedua adalah pencegahan dan pengobatan infeksi paru. Untuk itu perlu diidentifikasi apa penyebab infeksi, bisa bakteri, jamur, mikobakteria dan lain-lain. Baru setelah itu diberi obat yang sesuai.
Saat ini, menurut Tjandra, sekitar 40 persen kasus bronkiektasis di dunia belum diketahui penyebabnya secara pasti. Dan karena itu penelitian harus terus digalakkan, termasuk di negara kita.
"Memang belum ada data epidemiologi yang pasti tentang jumlah pasien Bronkiektasis, tetapi diperkirakan ada ratusan ribu kasus di dunia dan ribuan kasus di negara kita, dan diperkirakan angkanya terus meningkat," tandas Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya