Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kita Jangan Lengah, Apalagi Jumawa

Krisis Pangan Mencemaskan

Sabtu, 16 Juli 2022 07:26 WIB
Presiden Jokowi meninjau budidaya sorghum di Sumba Timur, NTB, Kamis (2/6). Budidaya sorghum sebagai salah satu langkah untuk mengatasi krisis pangan. (Foto: Setpres)
Presiden Jokowi meninjau budidaya sorghum di Sumba Timur, NTB, Kamis (2/6). Budidaya sorghum sebagai salah satu langkah untuk mengatasi krisis pangan. (Foto: Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ancaman krisis pangan semakin mencemaskan. Di dunia, saat ini ada lebih dari seperempat miliar orang kelaparan. Di dalam negeri, ancaman serupa juga nyata. Saat ini, harga berbagai bahan kebutuhan pokok terus merangkak naik. Meski kita tak masuk negara yang sudah mengalami krisis pangan ekstrem, tapi kita jangan lengah, apalagi sampai jumawa.

Ancaman krisis pangan ini menjadi isu sentral dalam pertemuan ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (3rd FMCBG) G20, di Bali. Dalam beberapa sesi diskusi dan pertemuan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berulang-ulang mengingatkan negara-negara G20 soal urgensi penanganan krisis pangan. Terutama saat membuka FMCBG G20 Indonesia, kemarin.

Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan catatan Program Pangan Dunia, 276 juta orang di dunia kini menghadapi kerawanan pangan akut. Alias kelaparan. Angka ini meningkat dua kali lipat jika dihitung dari 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Saat itu, jumlah orang kelaparan hanya 135 juta jiwa.

Baca juga : Disentil Banteng, Ganjar Panen Simpati

Krisis pangan ini diperparah lagi oleh pengaruh geopolitik perang Rusia dan Ukraina. "Pembatasan ekspor memperburuk dampak pandemi. Ini membuat harga pangan mencapai rekor tertinggi," papar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini meramal, harga pangan dunia berpotensi meningkat hingga 20 persen di akhir tahun ini. Setelah sempat meroket hampir 13 persen pada Maret 2022. "Ini juga mencapai level tertinggi baru dan kemungkinan akan naik lebih jauh," tambahnya.

Menurutnya, perlu penyebaran mekanisme pembiayaan yang lebih tersedia untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial. Selain itu, kebijakan ekonomi makro yang baik juga menjadi penting secara fundamental.

Baca juga : BKI Dukung Sebaran Bahan Bakar Nol Emisi Di Pelayaran Internasional

Ia berkeyakinan, ajang G20 adalah momentum yang bagus untuk mengambil aksi nyata. Di antaranya dengan memperkuat kolaborasi dan koordinasi kebijakan antarnegara. "Saya yakin, kita dapat mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah ini," tutur Sri Mul, optimis.

Setali tiga uang, Menkeu Arab Saudi Mohammed Al-Jadaan menyerukan hal yang sama. Ia mendesak semua negara G20 dan komunitas internasional melakukan aksi konkret. Salah satunya, dengan membuat standar yang jelas terkait isu ketahanan pangan. Juga transparansi berupa dukungan data dan sistem perdagangan yang konsisten. "Harus diartikulasikan dalam bentuk transparansi dan konsistensi sistem perdagangan," ajaknya.

Di forum yang sama, yakni G20 High Level Seminar bertajuk “Strenghtening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity”, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang hadir secara virtual, menyuarakan agar negara-negara G20 berkomitmen untuk bahu-membahu memperkuat kolaborasi global dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan global. Ketua Umum Partai Golkar ini kemudian memaparkan sejumlah terobosan yang dilakukan Pemerintah untuk memastikan ketersediaan pangan. Mulai dari optimalisasi pangan dan industri lokal seperti sagu, sorgum, singkong, dan buah-buahan lokal.

Baca juga : Kondisi Mengkhawatirkan, Krisis Pangan Perlu Diwaspadai

Selain itu, sebutnya, Indonesia juga melakukan penguatan pada rantai produksi pertanian dari hulu ke hilir. Seperti lewat program Corporate Farming, Closed Loop, Food Estate, dan sistem terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. “Di hilir, Pemerintah memastikan konsumen mendapatkan akses pangan yang aman dan berkualitas melalui penguatan cadangan pangan nasional, terutama di tingkat petani, pembangunan infrastruktur, dan logistik pangan,” terangnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.