Dark/Light Mode

Kita Jangan Lengah, Apalagi Jumawa

Krisis Pangan Mencemaskan

Sabtu, 16 Juli 2022 07:26 WIB
Presiden Jokowi meninjau budidaya sorghum di Sumba Timur, NTB, Kamis (2/6). Budidaya sorghum sebagai salah satu langkah untuk mengatasi krisis pangan. (Foto: Setpres)
Presiden Jokowi meninjau budidaya sorghum di Sumba Timur, NTB, Kamis (2/6). Budidaya sorghum sebagai salah satu langkah untuk mengatasi krisis pangan. (Foto: Setpres)

 Sebelumnya 
Presiden Jokowi juga tidak main-main merespons isu krisis pangan ini. Ia bahkan bela-belain datang ke Ukraina dan Rusia untuk mendapatkan jaminan ketersediaan pangan seperti impor gandum dari Ukraina hingga pupuk dari Rusia. Langkah itu ditempuh agar masyarakat di dalam negeri mendapat ketersediaan pangan.

"Di Afrika dan beberapa negara di Asia, sudah mulai yang namanya kekurangan pangan akut. Sudah mulai yang namanya kelaparan. Bayangkan," kata Jokowi di Medan, Kamis (7/7) lalu, sepulang dari Rusia.

Baca juga : Disentil Banteng, Ganjar Panen Simpati

Ekonom Dani Setiawan melihat, Indonesia sudah mulai merasakan dampak krisis pangan, terutama akibat perang Rusia dan Ukraina. Sementara, persiapan untuk menghadapi guncangan pangan itu belum cukup signifikan. "Kelangkaan pupuk mulai dirasakan. Karena untuk bahan baku pupuk, Rusia punya peranan besar," kata Dani, ketika dikontak semalam.

Karena itu, Indonesia tidak boleh lengah. Indonesia juga tidak boleh jumawa dengan kondisi saat ini, yang sepertinya masih baik-baik saja.

Baca juga : BKI Dukung Sebaran Bahan Bakar Nol Emisi Di Pelayaran Internasional

Dia melanjutkan, saat ini lahan pertanian di Indonesia semakin berkurang. Hal ini diperparah dengan tidak adanya modernisasi pertanian yang memadai. Sementara, mayoritas petani di Indonesia hanya menguasai 0,3 hektar. Penguasaan lahan besar-besaran hanya dilakukan korporasi. "Reforma agraria harus kembali dijalankan secara konsisten, agar petani bisa mendapatkan akses lahan yang lebih baik," harapnya.

Di sektor perikanan, tangkap ikan juga tak memberikan harapan banyak. Meskipun Indonesia punya lautan yang luas, tapi sektor ini dilaporkan sudah mengalami stagnasi, karena over-eksploitasi.

Baca juga : Kondisi Mengkhawatirkan, Krisis Pangan Perlu Diwaspadai

Hal lain yang tidak kalah penting diperhatikan, lanjutnya, adalah ulah spekulan pangan, yang memanfaatkan kondisi pandemi termasuk perang untuk menahan stok. Agar dapat menaikkan harga. "Karena komoditas strategis jadi ajang monopoli oleh pemilik kapital. Ini yang mengganggu," pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.