Dark/Light Mode

Konsisten Lawan Penjajah

Wartawan Pejuang Tuan MH Manullang, Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sabtu, 16 Juli 2022 12:32 WIB
Konsisten Lawan Penjajah Wartawan Pejuang Tuan MH Manullang, Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

RM.id  Rakyat Merdeka - Perjuangan Tuan MH Manullang yang demikian panjang dan konsisten melawan penjajah, layak memperoleh penghargaan Pahlawan Nasional.

Pria yang sudah tiga kali masuk penjara oleh tiga penjajah yang berbeda, tercatat tiga kali memperoleh penghargaan Perintis Kemerdekaan RI.

Dia pula wartawan kawakan yang mendirikan lima suratkabar, untuk membangkitkan perlawanan.

Tanah Batak yang tak lagi menjadi daerah perkebunan seperti Sumatera Utara Bagian Timur, adalah berkat perjuangan Tuan MH, yang gigih melawan ekspansi agraria Hindia Belanda.

Melalui suratkabar Soara Batak, Tuan MH membangkitkan kesadaran dengan semboyan: Oela Tanom Oelang Digomak Oelanda (Olah Tanahmu Supaya Jangan Diambil Belanda).

Baca juga : Tujuh Kloter Jemaah Haji Pulang Ke Tanah Air, Tidak Ada Karantina

Demikian gagasan yang berkembang dalam seminar “Tuan Manullang Pahlawan Indonesia dari Tanah Batak”, dengan pembicara Prof Dr Asvi Warman Adam APU (Badan Riset dan Inovasi Nasional, BRIN), Dr Phil Ichwan Azhari MS (Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Medan/Unimed), yang diadakan secara hybrid oleh Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unimed, Medan, Sabtu (16/7).

Seminar dengan opening speech Dekan FIS Unimed, Dra Nurmala Berutu MPd, moderator Dr Rosmaida Sinaga MHum (dosen Sejarah Unimed), merupakan seminar ketiga yang diadakan Jurusan Sejarah Unimed, untuk mendukung Tuan MH menjadi Pahlawan Nasional.

Tuan MH sudah secara resmi diajukan Pemda Sumatera Utara (Sumut) menjadi Pahlawan Nasional, dalam surat bertanggal 31 Maret 2021 dan 29 Maret 2022.

“Kalau Tuan MH Manullang tidak menentang ekspansi agraria, Tanah Batak (Tapanuli) sudah menjadi areal perkebunan sawit seperti Sumatera Timur. Jadi, Tuan MH berjasa bagi masyarakat Tapanuli atau Tanah Batak. Berjasa bagi bangsa, dengan menumbuhkan bibit-bibit nasionalisme dan perlawanan terhadap penjajah,” kata Ichwan Azhari.

Asvi Warman Adam mengungkapkan, Mangaradja Hezekiel (MH) Manullang, lahir di Tarutung 20 Desember 1887, meninggal di Jakarta 20 April 1979 dan dimakamkan di Tarutung, Tapanuli Utara.

Baca juga : Sri Lanka Darurat Nasional

Dia adalah wartawan kawakan, pendiri sedikitnya lima surat kabar legendaris di Sumatra Utara semasa Hindia Belanda. Yakni Binsar Sinondang Batak (BSB) tahun 1905. Kemudian Soara Batak (1919-1922), Persamaan (1924), Pertjatoeran (1926) dan Persatoean (1929).

Kelima koran ini menentang keras ekspansi agraria (perampasan tanah) rakyat untuk dijadikan perkebunan.

Menurut Hukum Hindia Belanda, perkebunan hanya boleh dibuka di lahan yang menganggur.

Tak habis akal, Tuan MH Manullang kampanye, agar jangan ada tanah yang menganggur.

Ichwan Azhari menyebut, kampanye itulah yang membuat membuat Soara Batak dibredel Belanda. Ditambah lagi, dia menentang keras kerja rodi (kerja paksa) dan pajak yang tinggi.

Baca juga : Kapolri: Rangkaian Kegiatan HUT Bhayangkara Semangat Jaga Persatuan Dan Kesatuan

Tuan MH pun dimasukkan ke Penjara Cipinang (Batavia).

“Tak kenal takut, sebelum ke Batavia, dia terlebih dahulu mengikuti Kongres Sumatera di Padang,” kata Asvi Warman Adam.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.