Dark/Light Mode

Lindungi Generasi Muda dari Ideologi Terorisme, Pupuk Terus Semangat Kebangsaan

Sabtu, 16 Juli 2022 23:03 WIB
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar (kanan). (Foto: Dok. BNPT)
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar (kanan). (Foto: Dok. BNPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Generasi muda adalah aset masa depan bangsa. Karena itu, generasi muda harus terus dipupuk jiwa dan semangat kebangsaannya agar mereka tidak menjadi generasi disorientasi bangsa di tengah ancaman ideologi radikal terorisme. Untuk itu, para tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk para aparat desa, perlu memperkuat sinergi dalam melakukan deteksi dini terhadap penyebaran ideologi radikal terorisme kepada masyarakat, terutama generasi muda.

“Kita harus jaga semangat kebangsaan generasi muda agar tidak menjadi generasi disorientasi kebangsaan. Kita khawatir kalau dibiarkan nanti generasi mendatang kurang memahami bangsanya sendiri,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar, di Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (14/7).

Hal itu disampaikan Boy pada kegiatan “Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme”, di Graha Pancasila, Kompleks Kantor Wali Kota Batu. Kegiatan itu dihadiri Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, jajaran pejabat BNPT yaitu Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Nisan Setiadi, Direktur Pencegahan Brigjen R Ahmad Nurwakhid, Direktur Kerja Sama Bilateral Brigjen Pol Kris Erlangga, Kasbudit Kontra Propaganda Kolonel Pas Drs. Sujatmiko, Danrem Baladhika Jaya Kolonel Inf Yudhi Prasetiyo, Kapolresta Batu AKBP Oskar Syamsuddin serta jajaran Forkopimda Kota Batu.

Baca juga : Menkes Apresiasi Teknologi Kesehatan Poltekkes Surabaya

Kegiatan itu diikuti ratusan tokoh masyarakat, tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Penghayat Kepercayaan serta perangkat kecamatan dan desa se-Kota Batu.

Boy menguraikan, dialog kebangsaan ini adalah sebagai silaturahmi antara BNPT dan tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan perempuan. Kegiatan ini sangat penting sebagai sarana untuk bisa saling berbagi terhadap hal-hal perlu diwaspadai oleh masyarakat. Terutama mewaspadai penyebarluasan ideologi terorisme yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia.

Diharapkan, dengan kegiatan ini, para peserta lebih memahami ciri-ciri ideologi terorisme. Antara lain anti terhadap konstitusi, ideologi negara kita, bersifat eksklusivisme, intoleran radikal. Kemudian juga anti nilai-nilai kemanusiaan, kecenderungannya menghalalkan kekerasan. Setelah itu, peserta harus menyebarkan hasil diskusi kepada masyarakat.

Baca juga : 7 Tahun Menjabat, Zudan Ajak ASN Tetap Semangat & Berkarya.

“Seperti biasa kami berkeliling ke mana pun karena tugas kami adalah mengingatkan. Karena prioritas utama tugas BNPT adalah bagaimana membangun semangat mitigasi terhadap aksi terorisme yang diawali sikap intoleransi dan radikalisme ini bisa diminimalisir, bahkan kalau perlu ditiadakan dari bumi NKRI,” jelas mantan Kapolda Papua ini.

Untuk melakukan program-program seperti ini, lanjut Boy, memerlukan sebuah kebersamaan. “Kita tidak bisa menganggap ini tugas satu institusi saja. Tetapi ini adalah sebuah kerja-kerja yang memerlukan sinergitas, kolaborasi, pendekatan komprehensif, sehingga membangun kesadaran yang bersifat kolektif yang akan menjadi daya tahan bangsa kita,” paparnya.

Ia mengungkapkan, dengan daya tahan kolektif yang dilandasi kesadaran warga negara, akan adanya hal-hal yang membahayakan akan menjadi hal yang sangat baik. “Inilah yang kita jadikan setiap dialog kebangsaan dan silaturahmi kita terhadap seluruh unsur pemuka agama, masyarakat, dan unsur pemerintahan di Indonesia,” imbuhnya.

Baca juga : Presiden Ambil Risiko Besar Untuk Dunia dan Kemanusiaan

Boy menjelaskan, ideologi terorisme tidak mengenal etnis, agama, usia, profesi. Mereka melakukan penyebarluasan ideologi terorisme biasanya mempengaruhi kalangan masyarakat usia muda. Karena itu, BNPT dan seluruh masyarakat perlu menyiapkan agar generasi muda Indonesia agar tidak semakin terbawa, terlena, tidak sadar, dan bagian dari kegiatan yang mereka (kelompok radikal terorisme) rencanakan.

“Diawali dengan narasi-narasi yang awalnya mengundang simpati, yang akhirnya menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Itu yang menjadi ciri khas ideology terorisme,” ungkapnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.