Dark/Light Mode

Sri Lanka Bangkrut, Dunia Dihantui Krisis Pangan

Mega Waswas

Senin, 18 Juli 2022 07:56 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto: Instagram/ibumegawati)
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto: Instagram/ibumegawati)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ancaman krisis pangan dunia dan bangkrutnya Sri Lanka mendapat perhatian Megawati Soekarnoputri. Ketua Umum PDIP itu waswas, sekaligus mengingatkan semua pihak di Tanah Air untuk tidak lengah.

Saat ini, kondisi Indonesia sebenarnya masih terbilang baik. Namun, ancaman krisis pangan tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, berbagai kebutuhan pokok di dalam negeri sudah naik.

Untuk itu, Mega meminta Pemerintah gercep alias gerak cepat untuk melakukan langkah-langkah konkret. Agar krisis pangan tidak sampai menjalar ke negara kita. "Ini harus segera kita antisipasi dari saat ini. Agar hal itu (krisis pangan) tidak terjadi,” ucap Presiden ke-5 RI ini, saat membuka KKN Kebangsaan 2022, di Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah, kemarin.

Baca juga : Krisis Pangan Mencemaskan

Ia berpesan, isi perut rakyat harus dipikirkan baik-baik oleh Pemerintah. Jangan sampai karena gonjang-ganjing ekonomi dunia, akses pangan rakyat terganggu. Mega pun mengingatkan Pemerintah mengenai pentingnya menghasilkan kedaulatan pangan.

Dengan adanya kedaulatan itu, lanjut Mega, meski krisis pangan itu terjadi, Indonesia akan aman. “Kita harus mulai berpikir untuk menjalankan dan menghasilkan kedaulatan pangan,” sambungnya.

Ia meyakini, dengan modal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pangan di sejumlah perguruan tinggi, Indonesia mampu menghadapi badai krisis pangan ini. Bahkan, bisa jadi lumbung pangan dunia.

Baca juga : Alert!! 276 Juta Orang Di Dunia Hadapi Kerawanan Pangan Akut

Mega juga mengusulkan agar Pemerintah menggali potensi bahan pangan utama selain beras. Seperti singkong, jagung, sorgum, umbi-umbian, pisang, dan porang.

Di internal PDIP, Ibu Banteng ini mengaku sekitar 2 tahun lalu sudah memberi perintah ke bawahannya untuk membuat program menanam 10 tanaman pendamping beras. “Yaitu, hanjali atau jali-jali, jagung, pisang, porang, sagu, singkong, sorgum, sukun, talas, ubi jalar,” urainya.

Dalam hitungan Mega, dengan porsi konsumsi nasi yang mencapai 60 persen, Indonesia diperkirakan butuh 319 juta ton beras di 2045. Angka ini sangat besar dan cukup menantang di tengah masifnya alih fungsi lahan pertanian, krisis iklim, kekeringan, gagal panen, hingga ketidakpastian pandemi. Sementara, data produksi beras pada masa pandemi di 2020 hanya mencapai 31,33 juta ton. Lalu di 2021 hanya 31,69 juta ton.

Baca juga : Kondisi Mengkhawatirkan, Krisis Pangan Perlu Diwaspadai

Karena itu, ide makanan pendamping beras, menurut Mega, penting untuk diseriusi. “Ancaman krisis pangan itu sekiranya dapat kita minimalisir, atau tentu yang kita sangat berkeinginan tidak sampai terjadi,” harapnya, sembari juga meminta semua pihak bergotong royong dalam pengembangan food estate yang sedang digalakkan pemerintah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.