Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sirajanabarat Kawal Timsus Kematian Brigadir J Agar Transparan

Senin, 18 Juli 2022 13:01 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengurus Sirajanabarat se-Jabodetabek siap mengawal pengusutan kasus kematian Brigadir Nopryansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) yang dilakukan Tim Khusus bentukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Ketua Umum Sirajanabarat se-Jabodetabek, Saur M. Hutabarat, menegaskan pihaknya akan memantau jalannya penyelidikan kasus penembakan Brigadir Yosua oleh Bharada E, di rumah dinas Kepala Divisi (Kadiv) Profesional dan Pengamanan (Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo.

“Punguan Sirajanabarat se-Jabodetabek mengawal sampai dengan tuntas perkara ini, karena kebenaran dan keadilan harus ditegakkan. Kita percaya intruksi presiden kepada Kapolri akan dilaksanakan dengan setuntas-tuntasnya,” ujar Saur dalam keterangan persnya, Senin (18/7).

Pengurus Sirajanabarat se-Jabodetabek menyampaikan sikap tersebut setelah melakukan pertemuan dengan Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa advokat marga Hutabarat di Jakarta, Minggu (17/7). ‎

Beberapa pengurus lain turut hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Wem Hutabarat, Robert Ahui Hutabarat, Binsar Hutabarat, Jonathan Hutabarat, Joseph Hutabarat.

Serta, Advokat Suhendra Asido Hutabarat, Samuel M.P. Hutabarat, Rihat Hutabarat, Harris Hutabarat, dan beberapa advokat marga Hutabarat lainnya.

"Ini adalah tuntutan dari Punguan Sirajanabarat se-Jabodetabek agar dongan tubu (kawan semarga) turut terlibat membantu saudaranya yang dalam kesusahan dan kesedihan," ujar anggota Sirajanabarat, Robert Ahui Hutabarat.

Baca juga : Kriminolog: Percayakan Penuntasan Kasus Brigadir J Kepada Tim yang Dibentuk Kapolri

Sementara Koordinator Tim Hukum Hutabarat, Asido Hutabarat meyakini bahwa Timsus bentukan Kapolri akan bekerja secara objektif dan transparan, apalagi melibatkan Kompolnas dan Komnas HAM.

Mengingat, peristiwa tewasnya Brigadir Yosua menjadi perhatian masyarakat Indonesia, sehingga harus diselesaikan secara transparan.

"Sehingga kita harus mempercayakan Tim Khusus yang dibentuk Kapolri untuk menyelesaikan kasus ini dengan akuntabel,” imbaunya. 

Sementara advokat Samuel M.P. Hutabarat mendesak Timsus melakukan autopsi ulang agar terlihat jelas apakah benar telah terjadi penganiayaan terhadap Brigadir Yosua.

Sebab, dalam pertemuan dengan pihak keluarga, ada beberapa kejanggalan yang diungkap atas meninggalnya Brigadir Yosua. Ia mengaku sempat berpikir, Brigadir Yosua gugur saat menjalankan tugas mengawal komandannya sebagai ajudan.

Sementara itu, ayah Brigadir Yosua, Samuel menceritakan pihaknya menerima kabar kematian saat keluarga tengah berada di Padang Sidempuan, Sumatera Utara (Sumut) pada Jumat (8/7), sekitar pukul 22.00 WIB.

Pihak keluarga kemudian tiba di rumah duka di kompleks perumahan SD 72 RT 02, Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Sabtu sekitar pukul 22.30 WIB.

Baca juga : Pengamat: Segera Benahi Manajemen Transjakarta

Saat itu jenazah telah berada di sana. Pihak kepolisian kemudian meminta Samuel menandatangani penyerahan jenazah Brigadir Yosua.

Samuel menolak karena belum melihat jenazah, namun tetap diminta menandatangani dengan alasan sudah diautopsi dan kalau dibuka formalinnya habis.

Namun Samuel bersikeras tidak mau tandatangan jika tidak diperbolehkan melihat kondisi jenazah. Dia berdalih, anaknya mati karena ditembak, sehingga dia perlu untuk melihatnya.

Ternyata setelah dilihat, tubuh jenazah penuh luka. Samuel menduga anaknya dianiaya, lantaran bagian perut membiru dan memar, terdapat luka di jari yang patah, luka seperti bekas sayatan benda tajam, mata sebelah kanan ada luka sayatan, di hidung dan bibir ada luka dan bekas jahitan, rahang bergeser, dan kaki kanan bengkok tidak bisa lurus.

"Ini bukan tembak menembak, tapi penganiayaan," tegas Samuel.

Ia melanjutkan, pihak kepolisian menjelaskan tembak menembak terjadi dengan jarak 5–7 meter. Yosua menembak 7 kali tidak ada yang kena, Brada E kemudian menembak 5 kali dan semua kena.

"Masa anak saya nembak jarak dekat tidak kena, padahal lebih senior. Anak saya itu adalah salah satu penembak jitu," ucapnya, heran.

Baca juga : Yang Tewas Bukan Cuma Brigadir J, CCTV Juga Mati

Anehnya lagi, lanjut Samuel, tidak ada CCTV di rumah jenderal yang biasanya ketat. Harusnya ada CCTV yang dapat memperlihatkan peristiwa tembak menembak.

"Belum lagi 3 HP Yosua tidak ditemukan, apa sengaja dihilangkan?" tanya dia.

Menurut Samuel, Yosua sudah meninggal dengan cara yang tragis namun kesedihan keluarga bertambah karena tidak ada upacara Kepolisian dalam pemakaman jenazah Brigadir Yosua Hutabarat dengan alasan administrasi tidak lengkap.

"Kalau administrasi tidak lengkap mana mungkin bisa dibawa mayatnya," tutur Samuel.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.